"Keputusan investor untuk memperbanyak cash dan mengurangi kepemilikan saham dan obligasi AS memperkuat indeks dolar AS terhadap mata uang utama Asia," kata Analis Samuel Sekuritas Lionel Priyadi dalam kajiannya, Rabu, 7 September 2022.
Indeks dolar AS naik 0,6 persen menjadi di 110,2 tadi malam, yang turut melemahkan yen Jepang hingga 1,6 persen ke 142,8 yen per USD yang merupakan rekor tertinggi. Yuan Tiongkok juga terdepresiasi secara signifikan, meskipun tidak secepat yen, menjadi 7 yuan per USD dari 6,8 yuan per USD pada awal Agustus.
"Melihat tren ini, kami memperkirakan rupiah akan terus terdepresiasi bulan ini dengan target harga pertama Rp15 ribu per USD dan target harga kedua Rp15.200 per USD," kata Lionel.
Baca juga: Waduh! Rupiah Terperosok Dekati Level Rp15 Ribu di Rabu Pagi |
Aksi jual di pasar AS berlanjut setelah libur Labor Day pada 5 September menyusul rilis ISM PMI sektor jasa AS yang lebih baik dari perkiraan yaitu naik tipis menjadi 56,9 pada Agustus dari 56,7 pada Juli.
"Investor di AS khawatir bahwa data ini dapat mendorong Federal Reserve (Fed) untuk menaikkan suku bunga hingga 75 bps bulan ini, karena sektor jasa merupakan pendorong utama terciptanya lapangan kerja di AS saat ini. Pasar kerja yang kuat akan menahan inflasi inti tetap tinggi," ujar Lionel.
Aksi jual terjadi baik di pasar obligasi maupun pasar saham. Indeks Nasdaq, misalnya, turun 0,7 persen tadi malam. Imbal hasil obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun naik 16 bps menjadi 3,35 persen.
Kemarin, rupiah ditutup menguat 22 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp14.885 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.907 per USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News