Mengacu data Bloomberg, Rabu, 14 Agustus 2024, rupiah menguat 157,5 poin atau setara dengan 0,99 persen menjadi Rp15.675 per USD.
Sementara berdasarkan data Yahoo Finance rupiah menguat 154 poin atau 0,97 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya yaitu di posisi Rp15.829 per USD menjadi Rp15.675 per USD pada sore ini.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi menyatakan, penguatan rupiah terjadi karena respons positif pasar setelah pemerintah mengungkapkan kondisi ekonomi global tengah mengalami kondisi pelemahan yang dalam.
Dia menjelaskan terdapat satu sektor yang menjadi korban akibat pelemahan ekonomi global, yaitu sektor manufaktur.
"Sektor manufaktur Indonesia menjadi salah satu ‘korban’ akibat pelemahan tersebut. Data Indeks Manajer Pembelian/ Purchasing Manager’s Index (PMI) yang dirilis S & P Global menunjukkan posisi Indonesia berada di level 49,3 pada Juli 2024. Angka tersebut merupakan yang terendah dalam tiga tahun terakhir," jelas dia.
Baca juga: Jelang Rilis Data Inflasi AS, Rupiah Makin Strong |
Pelemahan kinerja manufaktur
Namun pelemahan kinerja manufaktur RI tidak terjadi sendirian, pelemahan kinerja manufaktur juga terjadi pada negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat di level 49,6 dan Tiongkok di level 49,8."Ini menggambarkan lingkungan global tidak stabil, bahkan hostile to each other. Ini menyebabkan ekonomi relatif berhenti atau stagnan," ucap dia.
Ada banyak faktor yang menyebabkan ekonomi global mengalami tekanan. Di antaranya yang paling kentara adalah kondisi ekonomi AS yang dikabarkan terancam resesi.
Hal itu karena para pelaku pasar keuangan memperkirakan AS bakal mengalami hard landing usai mengalami inflasi yang tinggi.
"Inilah yang terjadi pada minggu lalu yang menunjukkan volatilitas besar dari sisi ekonomi AS dan pengaruhnya ke seluruh dunia," tutur dia.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi pergerakan rupiah akan fluktuatif namun akan ditutup menguat kembali.
"Perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.600-Rp15.710 per USD," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News