Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: Antara/Rivan Awal Lingga.
Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: Antara/Rivan Awal Lingga.

Tak Sanggup Lawan Dolar AS, Rupiah Akhirnya Menyerah

Husen Miftahudin • 03 Januari 2024 16:17
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan. Ini melanjutkan perdagangan kemarin yang juga melemah.
 
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 3 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.481 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 11 poin atau setara 0,07 persen dari posisi Rp15.470 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
"Pada penutupan pasar hari ini, mata uang rupiah ditutup melemah 11 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 40 poin di level Rp15.481 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.470 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
 
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.474 per USD. Rupiah melemah 10 poin atau setara 0,06 persen dari Rp15.464 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.495 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 22 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.473 per USD.
 
Baca juga: Rupiah Perkasa Sepanjang 2023
 

PMI Manufaktur RI ekspansi 28 bulan

 
Diketahui, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global pada Desember 2023 berada di posisi 52,2 atau naik 0,5 poin dibanding November 2023 yang menempati level 51,7. PMI Manufaktur Indonesia tetap berada dalam fase ekspansi selama 28 bulan berturut-turut.
 
Capaian ini hanya Indonesia dan India yang mampu mempertahankan level di atas 50 poin selama lebih dari 25 bulan. Kinerja baik ini tentu harus dijaga dan tingkatkan. Kondisi sektor manufaktur di Indonesia terus membaik lantaran juga didukung dari beragam kebijakan strategis pemerintah yang telah berjalan secara on the right track.
 
"Namun, ada kebijakan yang belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan sektor industri, antara lain penerapan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT). Masih banyak perusahaan industri yang belum menerima manfaat harga gas USD6 per MMBTU," ungkap Ibrahim.
 
Tak hanya itu, dalam pelaksanaannya masih banyak sektor industri yang memperoleh volume gas lebih rendah atau tidak sesuai dengan jumlah yang sudah menjadi kontrak antara industri dan pihak penyedia.
 
Sedangkan dalam laporannya, S&P Global menyatakan, ekspansi PMI Manufaktur Indonesia pada bulan terakhir 2023 karena adanya permintaan yang cukup tinggi, termasuk dari luar negeri. "Ini mendorong pertumbuhan produksi lebih cepat dan penambahan jumlah tenaga kerja," tutup dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan