RUPST ASII tersebut merupakan salah satu aksi korporasi yang ditunggu pelaku pasar. Maklum, emiten bluechip ini pada akhir 2019 tercatat memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp280,3 triliun. Astra saat ini memiliki tujuh segmen usaha yakni otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, agribisnis, infrastruktur, dan logistik, teknologi informasi, serta properti. Berdasarkan data Maret 2020, Astra memiliki lebih dari 235 anak perusahaan dan didukung lebih dari 216 ribu karyawan.
Karena itu, tak salah jika banyak pihak berharap, RUPST Astra bisa menjadi pendorong bangkitnya emiten-emiten di era new normal. Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Fransiscus Welirang mengatakan masa new normal sangat dinantikan karena bisa menjadi sentimen positif bagi emiten. Karena itu, ia berharap kinerja emiten bluechip bisa membawa sentimen positif bagi pasar saham secara keseluruhan.
Dikatakan, dengan tatanan kehidupan baru, sektor riil akan kembali menggeliat. Korporasi yang sahamnya tercatat di bursa akan bangkit, berekspansi, dan mencetak keuntungan. Otomatis roda ekonomi akan berputar lebih kencang.
Sejak Maret 2020 hampir seluruh aktivitas perusahaan terhenti. Kegiatan ekonomi nyaris lumpuh. Kini, saatnya semua kembali memacu dapur produksi dan penjualan setelah pandemi covid-19 mulai menurun. Tak terkecuali grup Astra.
Sebagai salah satu grup korporasi bluechip, Astra sangat menjanjikan. Selain memiliki cakupan bisnis yang besar, juga memiliki lini bisnis beragam. Sehingga, kinerja perseroan tetap terjaga karena saling menopang. Pada triwulan pertama 2020, Astra secara konsolidasi masih mencatat laba bersih Rp4,81 triliun, turun delapan persen dari periode yang sama tahun lalu yakni Rp5,21 triliun. Sedangkan, pendapatan bersih tercatat Rp54 triliun, turun sembilan persen dari sebelumnya Rp59,60 triliun. Penurunan ini terjadi karena pandemi covid-19.
Inovasi
Di tengah situasi yang belum menentu, diperlukan inovasi baru dari manajemen. Inovasi ini penting agar korporasi keluar dari tekanan ekonomi dan berlari kencang mengejar pelemahan kinerja yang tergerus karena pandemi covid-19.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan pada situasi seperti saat ini dibutuhkan kepemimpinan yang bisa membuat inovasi baru dengan memanfaatkan teknologi. Perseroan atau industri seperti inilah yang akan bertahan.
Ia meyakini, Astra akan cepat pulih setelah pandemi covid-19 berakhir. Alasannya, kalau kondisi industri otomotifnya bisa berproduksi dan jualan lagi, pasti bisa cepat pulih. Selain itu, Astra juga didukung oleh beragam lini bisnis yang mampu memberikan kinerja positif bagi perseroan.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee juga menekankan pentingnya inovasi baru untuk meraih kinerja yang lebib baik. Dalam konteks itu, ia berpendapat, perubahan susunan anggota direksi dan komisaris Astra dalam RUPST merupakan hal biasa, yang penting adalah harus properubahan. Sebab, ASII dinilai sebagai perusahaan yang solid dan besar. Karenanya, prospek saham emiten sektor aneka industri tersebut dinilai tetap menjanjikan.
Dikatakan, perusahaan go public cenderung memiliki ketahanan untuk bertahan di tengah kondisi krisis ekonomi seperti saat ini. Ia menilai, prospek saham Astra masih menjanjikan ke depan. Asalkan diikuti perubahan model bisnis, seperti efisiensi. Selain itu, perusahaan juga harus mampu mengubah strategi bisnis demi mendongkrak kinerjanya.
Baca: Djony Bunarto Jadi Dirut Astra International
Ke depan, tuturnya, lini bisnis keuangan tetap masih menjanjikan, demikian pula dengan komoditas diprediksi akan meningkat. "CPO menjanjikan karena biofuel," ujarnya.
Selain itu, suku cadang mobil juga masih menjanjikan karena walaupun orang tidak beli mobil, tetapi servis kendaraan terus berjalan.
Sedangkan di lini bisnis otomotif, ASII dinilai masih prospektif meskipun penjualan produk saat ini terpukul. Menurutnya, permintaan produk otomotif, terutama mobil diperkirakan masih akan banyak. "Terlebih di tengah kondisi pandemi seperti ini, orang akan cenderung memilih menggunakan mobil pribadi ketimbang naik kendaraan umum," ujarnya.
Sementara lini bisnis alat berat, Hans optimistis masih mampu berkembang ke depan. Sebab, alat berat masih tetap dibutuhkan.
Optimisme dan keyakinan itu tercermin juga dari transaksi saham yang terjadi di lantai bursa. Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat, 12 Juni 2020, saham ASII ditutup menguat Rp90 atau naik 1,91 persen di level Rp4.790. Sebelumnya pada perdagangan Rabu, 10 Juni 2020, saham ASII ditutup di kisaran Rp4.850 dan Kamis ditutup di level Rp4.700 per saham.
Prospek saham ASII ke depannya bakal terus diburu dan dibeli oleh banyak orang. Hal ini terlihat dari rekomendasi dan target harga dari para pialang di lantai bursa Indonesia. Hampir sebagian besar pialang memberikan rekomendasi beli untuk saham ASII dengan target harga di kisaran Rp5.000-Rp7.500. Semoga RUPST Astra mampu memicu emiten ini kian bertumbuh positif dan menjadi pendorong pergerakan roda ekonomi nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id