Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: Antara/Rivan Awal Lingga.
Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: Antara/Rivan Awal Lingga.

Duh! Rupiah di Awal 2024 Langsung Nyungsep

Husen Miftahudin • 02 Januari 2024 16:56
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan. Ini merupakan hari perdana perdagangan di 2024, setelah libur Tahun Baru.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 2 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.470 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 71 poin atau setara 0,46 persen dari posisi Rp15.399 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
"Pada penutupan pasar hari ini, mata uang rupiah ditutup melemah 71 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 90 poin di level Rp15.470 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.399 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.465 per USD. Rupiah melemah 70 poin atau setara 0,45 persen dari Rp15.395 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.473 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 34 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.439 per USD.
 
Baca juga: Harga Cabai dan Beras Mahal, BPS: Inflasi Desember 0,41%
 

Indonesia catatkan inflasi terendah


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indonesia pada 2023 sebesar 2,61 persen (yoy), tingkat inflasi tersebut merupakan yang terendah dalam dua dekade terakhir.
 
"Inflasi yang landai pada 2023 didorong pengendalian inflasi yang baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia (BI)," tutur Ibrahim.
 
Terlebih, pada 2023 ada ketIdakpastian yang membayangi pergerakan inflasi dalam negeri, salah satunya fenomena kekeringan panjang atau El Nino. Selain itu, inflasi yang rendah ini juga karena faktor basis tinggi.
 
Pada 2022, ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang menyulut inflasi. Sesuai pola musiman, biasanya tingkat inflasi akan menurun pada satu tahun setelah tahun adanya kenaikan harga BBM bersubsidi. 
 
Kemudian, pasar juga memantau tentang kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 tercatat mengalami defisit Rp241,4 triliun per 28 Desember 2023. Angka defisit tersebut didapatkan dari realisasi pendapatan negara yang mencapai Rp2.725,4 triliun. Sementara belanja negara terealisasi senilai Rp2.966,8 triliun
 
Adapun, realisasi pendapatan negara tersebut telah mencakup 110 persen target APBN awal senilai Rp2.463 triliun, atau tembus 103,3 persen dari target revisi yang tercantum dalam Perpres 75/2023 dengan angka Rp2.637,2 triliun.
 
Walaupun terjadi defisit, jelas Ibrahim, kinerja APBN selama 2023 dapat terjaga kuat dan sehat terutama terkait realisasi belanja negara yang semakin berkualitas dengan memastikan bahwa setiap rupiah dari APBN bermakna bagi masyarakat. APBN mampu berperan menjadi peredam benturan (shock absorber) atas risiko-risiko yang dapat memengaruhi kesejahteraan masyarakat.
 
"Terlebih, kondisi global yang sedang terjadi seperti konflik geopolitik, gejolak ekonomi, dan perubahan iklim membawa dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi global yang berdampak pada kondisi ekonomi Indonesia," tegas Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan