Ilustrasi, kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: dok MI.
Ilustrasi, kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: dok MI.

Rupiah Masih Tak Sanggup Lawan Kedigdayaan Dolar AS Hari Ini

Husen Miftahudin • 02 September 2024 16:35
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 2 September 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.525 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah sebanyak 70 poin atau setara 0,45 persen dari posisi Rp15.455 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 70 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 105 poin di level Rp15.525 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.455 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.525 per USD. Rupiah melemah sebanyak 76 poin atau setara 0,49 persen dari Rp15.449 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.536 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 63 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp15.473 per USD.
 
Baca juga: Rupiah Tergelincir 70 Poin di Senin Pagi
 

PMI manufaktur Indonesia terkontraksi lagi


Diketahui, Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia terkontraksi lebih dalam ke level 48,9 pada Agustus 2024. Indeks ini menunjukkan penurunan tajam pada kondisi pengoperasian selama tiga tahun.
 
Berdasarkan laporan terbaru S&P Global, indeks yang menggambarkan aktivitas manufaktur nasional itu turun dari bulan sebelumnya yang berada di level 49,3.  
 
Penurunan pada perekonomian sektor manufaktur Indonesia pada Agustus 2024 ditandai oleh penurunan tajam pada permintaan baru dan output selama tiga tahun.
 
Produksi manufaktur dan permintaan baru pada Agustus 2024 mengalami penurunan paling tajam sejak Agustus 2021. Tidak mengejutkan perusahaan menanggapi dengan mengurangi karyawan.
 
"Penurunan permintaan asing juga semakin cepat hingga paling tajam sejak Januari 2023. Selain karena berkurangnya permintaan ekspor secara umum, beberapa panelis melaporkan tantangan pengiriman global membebani penjualan," terang Ibrahim.
 
Melemahnya produksi dan permintaan baru menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di pabrik sektor manufaktur Indonesia. Secara umum, tingkat susunan staf menurun selama dua bulan berturut-turut, meski hanya sedikit.
 
Dilaporkan tidak ada penggantian karyawan yang keluar atau pemberlakuan PHK sementara karena penjualan dan produksi menurun. Perusahaan juga memilih mengurangi aktivitas pembelian mereka pada Agustus, mengutamakan penggunaan inventaris selama memungkinkan.
 
"Artinya, stok input turun untuk pertama kalinya dalam 1,5 dan pada tingkat tertinggi sejak Agustus 2021," kata Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan