Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Perhatian Buat si Anak Usaha Pertamina, Jangan Cuma Andalkan Kas dan Laba Saja!

Ade Hapsari Lestarini • 15 April 2023 20:41
Jakarta: PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) diharap tidak hanya mengandalkan kas dan laba tahun berjalan 2022 yang tak mencukupi untuk menambal utang perseroan. PGEO dinilai akan terancam gagal bayar (default) terhadap utang jangka pendek USD617 juta yang jatuh tempo Juni 2023.
 
Utang jangka pendek ini bermula saat perseroan mengambil fasilitas bridge loan dari sejumlah bank yang tergabung dalam mandate lead arranger (MLA) pada 23 Juni 2021.
 
Fasilitas bridge loan tersebut memiliki plafon USD800 juta bertenor satu tahun dengan opsi perpanjangan maksimal satu tahun dengan dikenai biaya perpanjangan yang menjadi biaya tetap sebesar 0,15 persen dari jumlah partisipasi setia MLA. Perseroan melakukan perpanjangan dengan jatuh tempo pinjaman ini diperpanjang sampai dengan Juni 2023.

"Kalau hanya mengandalkan kas dan laba saja bisa dipastikan akan gagal bayar," ujar Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, dikutip Sabtu, 15 April 2023.

Pinjam ke induk usaha

Head of Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menambahkan, PGEO memang tak akan sanggup menutup utang tersebut jika mengandalkan kas dan setara kas. Emiten panas bumi Pertamina ini pun harus menyiapkan opsi lain semisal dengan meminjam ke induk, atau melakukan negosiasi dengan kreditur.
 
"Dengan catatan banknya relatif cukup fleksibel untuk diperpanjang dibanding misalnya yang jatuh tempo adalah obligasi, yang kalau tidak bayar sesuai tanggal jatuh tempo hitungannya default," kata Wawan.
 
Sementara pengamat CELIOS Bima Yudhistira menilai bukan hanya perkara kas dan setara kas yang minim saja permasalahan yang dihadapi PGEO, melainkan juga isu lingkungan.
 
Baca juga: Ini Akibatnya Kalau Bisnis Geotermal Pakai Skema Pembiayaan Jangka Panjang

"Bukan hanya soal utang tapi juga soal penolakan masyarakat di sekitar proyek geotermal yang masih berlanjut. PGEO harus memastikan proses yang diklaim sebagai energi terbarukan bebas dari konflik dengan masyarakat hingga memenuhi aspek dampak lingkungan yang baik," kata Bima.
 
Tercatat, laba tahun berjalan perseroan per 31 Desember 2022 mencapai USD127,3 juta atau naik 49,7 persen dari posisi 31 Desember 2021 sebesar USD85 juta. Perolehan laba tersebut terdorong oleh top line atau pendapatan yang naik 4,6 persen dari USD368,8 juta di 2021 menjadi USD386,1 juta di 2022, seiring penjualan karbon kredit sebagai pendapatan baru. Namun kontribusinya masih sangat minim, baru sekitar USD747 ribu atau 0,19 persen dari total pendapatan.
 
Sementara saldo kas setara kas perseroan per 31 Desember 2022 tercatat sebesar USD262,3 juta, naik 109,3 persen dari posisi 31 Desember 2021 sebesar USD125,3 juta. Meski saldo kas setara kas bertambah, namun jika ditambahkan dengan seluruh laba tahun berjalan pun masih belum bisa menutupi utang jangka pendek.

Jika dirinci, total utang bank jangka pendek tersebut terdiri atas pinjaman dari:

  1. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar USD105 juta.
  2. MUFG Bank Ltd, Jakarta Branch sebesar USD105 juta.
  3. PT Bank UOB Indonesia juga USD105 juta.
  4. PT Bank HSBC Indonesia sebesar USD82,5 juta.
  5. Australia and New Zealand Banking Group Limited Singapore Branch USD75 juta.
  6. PT Bank BTPN Tbk (BTPN) senilai USD52,5 juta.
  7. Sumitomo Mitsui Banking Corporation Singapore Branch senilai USD52,5 juta.
  8. The Hong Kong and Shanghai Bank Corporation Limited senilai USD22,5 juta.
Mengingat banyaknya kreditur yang teribat dalam utang jangka pendek ini, proses refinancing atau restrukturisasi pun dinilai akan sulit dicapai.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan