Ilustrasi. Foto: AFP/Bay Ismoyo
Ilustrasi. Foto: AFP/Bay Ismoyo

2 Faktor ini Bikin Rupiah Gagah Dibanding Dolar AS

Annisa ayu artanti • 11 Oktober 2023 16:13
Jakarta: Nilai tukar rupiah (kurs rupiah) terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada sore ini menguat karena sikap dovish The Fed terhadap suku bunga.
 
Mengacu data Bloomberg, Rabu, 11 Oktober 2023 rupiah menguat 39 poin atau 0,25 persen menuju level Rp15.699,5 per USD.
 
Sementara jika mengacu data Yahoo Finance, rupiah menguat 39 poin atau 0,24 persen menjadi Rp15.690 per USD.
 
Baca juga: Jelang Pengumuman The Fed, Rupiah 'Bertaji'

Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova mengatakan penguatan rupiah dipengaruhi pernyataan The Fed yang dovish terkait kemungkinan suku bunga acuan yang akan bertahan hingga akhir tahun.

"Pergerakan rupiah hari ini diprediksi menguat di kisaran perdagangan Rp15.700-Rp15.740, dipengaruhi oleh penurunan yield obligasi pemerintah AS dan pernyataan The Fed yang dovish,” kata dia dilansir Antara.
 
Dua pejabat The Fed, Raphael Bostic dan Neel Kashkari, menyampaikan The Fed tidak perlu kembali menaikkan suku bunga.
 
Mereka berdua memiliki alasan yang berbeda. Bostic khawatir terhadap perang Palestina melawan Israel, sedangkan Kashkari menyinggung imbal hasil obligasi AS yang sudah tinggi akan menurunkan inflasi.

Alasan penguatan rupiah

Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan, penguatan rupiah dipicu oleh respons pasar yang positif terhadap pernyataan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level lima persen untuk tahun ini dan tahun 2024 mendatang.  
 
Proyeksi ini tidak berubah dibandingkan perkiraan sebelumnya. Sementara itu, IMF memperkirakan inflasi Indonesia akan mencapai 3,6 persen year-on-year (yoy) pada akhir tahun ini dan terus melandai hingga 2,5 persen yoy pada akhir tahun 2024.
 
Proyeksi tersebut diambil berdasarkan asumsi kebijakan fiskal dan moneter Indonesia.  
 
"IMF mengatakan proyeksi ekonomi Indonesia didasarkan pada kebijakan pemerintah yang mempertahankan kebijakan fiskal yang netral, disertai dengan kebijakan pajak dan reformasi administrasi yang moderat, realisasi belanja negara, dan peningkatan belanja modal secara bertahap dalam jangka menengah yang sejalan dengan ruang fiskal," jelas Ibrahim.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan