Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi juga mengatakan keputusan bank sentral untuk tidak mengubah suku bunga acuan sejak Februari 2021 lalu sudah tepat.
"BI tetap mempertahankan suku bunga di 3,5 persen itu adalah hal yang mutlak harus dilakukan," katanya, Kamis, 21 Juli 2022.
Ia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi saat ini cukup bagus, seperti neraca perdagangan yang mencatatkan surplus, cadangan devisa yang meningkat pada juni 2022, serta indeks manufaktur Indonesia atau PMI masih di atas 50.
Menurutnya, kondisi ini yang membedakan Indonesia dengan negara-negara lain yang terus dibayang-bayangi oleh inflasi.
"Nah ini mengindikasikan apa yang terjadi secara global, terjadi inflasi yang cukup tinggi, kemudian bank sentral global menaikkan suku bunga, itu berbeda jauh dengan di Asia, terutama di Indonesia," ungkapnya.
Ibrahim juga mengungkapkan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat dengan peningkatan harga komoditas unggulan seperti batu bara, nikel, timah, serta CPO.
"Ini yang membuat buat neraca perdagangan kita bagus. Sehingga Bank Indonesia tidak harus menaikkan suku bunga bulan ini," pungkasnya.
Baca juga: Lagi, BI Masih Betah Tahan Suku Bunga Acuan 3,5% |
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2022.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juni 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam video conference, Kamis, 21 Juli 2022.
Kebijakan mempertahankan suku bunga acuan ini. lanjut Perry, juga diikuti dengan langkah bank sentral untuk mempertahankan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 2,75 persen. Selain itu, suku bunga Lending Facility tetap dipertahankan sebesar 4,25 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News