Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah pada hari ini utamanya disebabkan oleh para pelaku pasar yang menunggu data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis hari ini.
"Angka tersebut diperkirakan akan menunjukkan tekanan harga AS berada di dekat level tertinggi 40 tahun pada Oktober. Kondisi ini menunjukkan Fed perlu melakukan lebih banyak pengetatan moneter untuk mengekang inflasi," ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya.
Meskipun demikian, ada pula spekulasi yang menyatakan The Fed akan menurunkan laju kenaikan suku bunga. Walaupun memang sebanyak 66 persen bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga lebih kecil 50 basis poin pada Desember.
Di sisi lain, hasil pemilihan paruh waktu AS menunjukkan Partai Republik semakin dekat untuk mengamankan mayoritas di DPR AS. Sementara kendali Senat tergantung pada keseimbangan setelah Demokrat tampil cukup baik untuk menghentikan 'gelombang merah' Partai Republik.
Baca juga: Duh! Tiga Hari Menguat, Rupiah Sekarang Malah Keok Mendekati Rp15.700/USD |
Dari dalam negeri, sentimen para pelaku pasar keuangan tengah berkalkulasi terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal keempat 2022 yang diproyeksikan akan melambat secara moderat.
Adapun levelnya akan berada di kisaran 5,1 persen. Sedangkan faktor pemicu perlambatan adalah peningkatan inflasi yang lebih tinggi dari kuartal sebelumnya.
"Hal ini didorong oleh melandainya harga energi dan pangan yang diikuti oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Sehingga pemerintah harus tetap waspada terhadap potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat 2022 nanti," jelas Ibrahim.
Ia memprediksi, rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar masih alami pelemahan. "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.670 per USD hingga Rp15.740 per USD," tutup Ibrahim.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News