"Sudah lama diketahui bahwa selain keputusan investasi bisnis yang salah beberapa tahun lalu, inefisiensi, bahkan mungkin penggarongan, adalah penyakit yang paling akut dari Krakatau Steel,” kata Deddy dalam keterangan tertulisnya Jumat, 29 Mei 2020.
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk berhasil meraih laba bersih sebesar USD74,1 juta pada kuartal I-2020. Emiten berkode KRAS ini akhirnya mencatat laba pertama dalam delapan tahun terakhir.
Perbaikan kinerja perusahaan di kuartal I-2020 terutama disebabkan penurunan beban pokok pendapatan sebesar 39,8 persen dan penurunan biaya administrasi dan umum sebesar 41,5 persen.
"Karena itu tidak mengherankan ketika manajemen berhasil menekan biaya opex (operating expenses) induk sebesar 31 persen year on year (YoY) dan optimalisasi tenaga kerja meningkat sebesar 43 persen, perseroan berhasil melakukan penghematan biaya sebesar USD130 juta pada kuartal I-2020,” sambungnya.
Baca: Krakatau Steel Akhirnya Cetak Laba setelah 8 Tahun
Menurut Deddy, manajemen Krakatau Steel belum saatnya berpuas diri sebab tantangan internal dan eksternal yang dihadapi masih cukup besar.
Oleh karena itu, Deddy menyarankan manajemen Krakatau Steel dan Kementerian BUMN bekerja sama memanfaatkan momentum ini untuk melakukan restrukturisasi bisnis secara menyeluruh.
“Banyak anak perusahaan yang tidak sesuai core bisnis dan menjadi beban harus dilikuidasi atau dikerjasamakan untuk mengurangi beban dan memaksimalkan energi pada fokus bisnis Krakatau Steel. Perlu dikaji kembali semua strategi bisnis, kemitraan investasi dan value creation dari bisnis Krakatau Steel,” ujarnya.
Deddy berharap Kementerian BUMN menerapkan model efisiensi Krakatau Steel ini di berbagai BUMN lain. Masalah semua BUMN itu hampir sama, inefisiensi bisnis yang akut dan fokus serta strategi bisnis yang tidak jelas.
“Saya yakin Pak Erick Tohir sebagai Menteri BUMN memahami dan sudah mulai mengerjakan ini. Saya berharap beliau memimpin restrukturisasi bisnis besar-besaran di BUMN seperti Pertamina, PLN, Telkom, BUMN Karya dan Himbara secara profesional, market base dan bukan dengan PMN,” ujar Deddy.
Dengan demikian, kata Deddy, PMN dapat difokuskan pada BUMN pangan seperti PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero), PT Berdikari (Persero), Garam (Persero), PT Perikanan Nusantara (Persero), PT Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Persero), PT Bhanda Ghara Reksa (Persero), PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), PT Sang Hyang Seri (Persero), dan PT Pertani (Persero).
"Selain kluster pangan, Kementerian BUMN harus memberikan perhatian kepada kluster industri strategis. Ini penting untuk mengurangi impor di bidang-bidang strategis dan berpengaruh terhadap ketahanan nasional," ujarnya.
Krakatau Steel telah meraih laba bersih sebesar USD74,1 juta atau sekitar Rp1,08 triliun (kurs Rp14.700 per USD) pada triwulan I-2020. Capaian laba ini adalah yang pertama dalam delapan tahun terakhir.
Perbaikan kinerja perseroan di triwulan I-2020 terutama disebabkan penurunan beban pokok pendapatan sebesar 39,8 persen dan penurunan biaya administrasi dan umum sebesar 41,5 persen.
"Perseroan juga telah melakukan beberapa langkah perbaikan bisnis yang telah dilakukan sejak 2019 dan hasilnya mulai terlihat di triwulan I-2020 ini. Beberapa upaya yang telah dilakukan perseroan untuk memperbaiki kinerja antara lain melalui program restrukturisasi dan transformasi," ujar Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dalam keterangan resminya.
Baca: Restrukturisasi Bisnis Krakatau Steel Diharapkan Tuntas September 2020
Salah satu hasil positif yang dicapai perseroan adalah penurunan biaya operasi (operating expenses) induk turun 31 persen menjadi USD46,8 juta dibandingkan periode yang sama pada 2019.
Menurut Silmy, kinerja positif perseroan di triwulan I-2020 ini, tidak lepas dari keberhasilan dalam melakukan efisiensi. Di awal 2020, perseroan mampu meningkatkan produktivitas karyawan melalui program optimalisasi tenaga kerja. Pada Januari 2020, optimalisasi kerja meningkat 43 persen jika dibanding dengan pada saat tahun berjalan di 2019.
Selain itu, beban penggunaan energi, consumable, utility, biaya tetap, dan suku cadang mengalami penurunan, sehingga total penurunan biaya di Januari 2020 mencapai 28 persen jika dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara untuk cash to cash cycle juga mengalami percepatan siklus 40 hari atau sekitar 41 persen pada Desember 2019 dibanding dengan periode di sepanjang 2018.
Atas upaya-upaya efisiensi, tambah Silmy, Krakatau Steel berhasil melakukan penghematan biaya sebesar USD130 juta pada triwulan I-2020. Meskipun demikian, kondisi di triwulan II-2020 diperkirakan berbeda karena kondisi pasar baja yang melemah sampai sekitar 50 persen akibat dari kondisi ekonomi Indonesia yang sedang mengalami tekanan akibat pandemi covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News