Direktur Utama GMF Andi Fahrurrozi menyampaikan bahwa GMF telah mengesahkan laporan tahunan tahun buku 2021 dengan membukukan pendapatan usaha sebesar USD210,6 juta dan menekan kerugian hingga 70 persen dibanding tahun sebelumnya, dari USD311,3 juta menjadi USD94,5 juta.
baca juga: Efisiensi, Cucu Usaha Garuda Indonesia akan Dilikuidasi |
"Pendapatan ini merupakan hasil dari upaya pemulihan berkelanjutan yang digalakkan dalam menghadapi pandemi ," kata Andi dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2021 dikutip dari Antara, Jumat, 2 September 2022.
Andi mengatakan, langkah pemulihan berkelanjutan diwujudkan GMF dengan perbaikan kinerja fundamental. Upaya diversifikasi bisnis yang telah dicanangkan pada 2020 mulai menunjukkan hasil di 2021, di antaranya pada segmen industri pertahanan dan power services.
Pada Desember 2021, GMF berhasil mendatangkan dan melakukan perawatan pada pesawat Hercules C130 pertama milik Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia.
Dari sisi pendapatan, segmen power services dan industri pertahanan berhasil mencatatkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
Ia mengungkapkan telah selesainya proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Garuda Indonesia sebagai induk usaha, dan adanya komitmen Garuda Indonesia untuk merancang langkah bisnis perbaikan kinerja perlu didukung oleh GMF dengan menyiapkan armada-armada Garuda Indonesia agar dapat dioperasikan secara optimal kembali.
Dengan bangkitnya industri penerbangan dan meningkatnya arus lalu lintas udara, GMF harus siap dengan peningkatan permintaan reaktivasi pesawat.
"Untuk saat ini, permintaan reaktivasi dari maskapai Garuda Indonesia Group, khususnya pesawat berbadan kecil menjadi prioritas kami dan telah memenuhi seluruh slot yang ada pada fasilitas hanggar kami,” kata Andi.
Ia mengatakan penuhnya slot hanggar hingga akhir tahun 2022 juga dikontribusikan oleh tingginya permintaan perawatan pesawat Boeing 747 yang mayoritas permintaannya datang dari pelanggan internasional. Langkah pembenahan kinerja yang terus dilakukan GMF secara bertahap mulai menunjukkan hasil yang positif.
Hal ini terwujud melalui beban usaha yang menyusut sebesar 18,3 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni dari USD67,7 juta pada kuartal I-2021 turun menjadi USD55,3 juta pada kuartal I-2022.
Selain itu, pada segmen bisnis perawatan mesin pesawat terdapat peningkatan permintaan layanan mencapai lebih dari 100 persen sebagai salah satu dampak positif dari melonjaknya permintaan reaktivasi pesawat.
“Reaktivasi menjadi salah satu asa dari perbaikan kinerja GMF ke depannya. Tentunya dengan ditopang dengan upaya menggarap potensi bisnis lain seperti perawatan pesawat private jets, konversi pesawat kargo, dan memaksimalkan kolaborasi dengan lessor untuk proyek redelivery,” tutup Andi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News