Di sisi lain, data ekonomi dari Tiongkok juga bisa menyiratkan potensi deflasi di negara dengan perekonomian nomor dua di dunia ini. Dikutip dari Investing.com, Senin, 7 Agustus 2023, berikut isu-isu hangat yang menjadi sorotan para pelaku pasar keuangan pada minggu ini.
1. Data inflasi AS
AS akan merilis data inflasi Juli pada Kamis yang akan menampilkan apakah tekanan harga cenderung menurun dan apakah pasar benar dalam meyakini The Fed hampir mengakhiri siklus kenaikan suku bunga agresifnya.
Angka-angka yang lebih rendah akan membuat pengambil kebijakan The Fed lebih mungkin untuk menunda kenaikan suku bunga dalam rapat September mendatang setelah meningkat sebesar 25 bps bulan lalu.
Pada Jumat, AS akan merilis data PPI periode Juli, dengan harga produsen inti diekspektasi akan naik sebesar 2,3 persen dari tahun sebelumnya. Investor juga akan mendengar dari beberapa pejabat Fed selama minggu depan.
2. Jeda rally pasar saham
Wall Street ditutup melemah pada Jumat, persentase pelemahan mingguan untuk S&P dan Nasdaq merupakan yang terbesar sejak Maret lantaran beberapa investor mengunci keuntungan setelah lima bulan penguatan.
Lintasan jangka pendek untuk ekuitas dapat bergantung pada apakah data inflasi hari Kamis menunjukkan harga-harga konsumen yang moderasi. Investor juga mengamati dengan seksama pergerakan Treasury yields, yang mengguncang pasar dalam beberapa hari terakhir dengan naik ke level tertinggi baru dalam setahun menyusul dipangkasnya rating kredit AS oleh Fitch.
Peningkatan Treasuries yields, yang disebut sebagai salah satu investasi teraman di dunia karena didukung oleh pemerintah AS, bisa mengurangi permintaan saham.
Data ketenagakerjaan AS pada rilis Jumat menunjukkan, meskipun pertumbuhan lapangan kerja berlanjut di tingkat yang moderat di Juli dan pertumbuhan upah tetap lebih cepat, sehingga menimbulkan kekhawatiran The Fed akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
3. PDB Inggris
Inggris akan merilis data PDB kuartal kedua pada Jumat yang diprediksi akan sedikit lebih tinggi, mengindikasikan bahwa ekonomi secara keseluruhan tetap stagnan. Pada Mei, pertumbuhan ekonomi menyusut lebih sedikit dari yang diperkirakan, setelah hampir terhenti dalam dua bulan sebelumnya.
Bank of England menaikkan suku bunga Inggris ke level tertinggi 15 tahun sebesar 5,25 persen pada Kamis lalu, kenaikan ke-14 berturut-turut, dan memperingatkan biaya pinjaman kemungkinan akan tetap tinggi untuk beberapa waktu.
Inflasi Inggris mencapai level tertinggi dalam 41 tahun terakhir yaitu 11,1 persen pada Oktober lalu dan telah turun lebih lambat dibanding dengan negara-negara lain, sebesar 7,9 persen pada Juni, yang merupakan level tertinggi di antara negara-negara besar lainnya.
Deputi Gubernur BOE Ben Broadbent mengatakan mempertahankan suku bunga yang relatif tinggi dalam jangka waktu lama merupakan kunci untuk memangkas inflasi, bahkan ketika BOE melihat ekonomi hanya tumbuh sedikit di tahun-tahun mendatang.
Baca juga: IHSG Pagi Merekah, 251 Saham Dapat Rapor Hijau |
4. Inflasi Tiongkok
Tiongkok akan merilis angka-angka perdagangan pada Selasa diikuti oleh data inflasi Juli pada Rabu, yang diperkirakan akan menunjukkan turunnya harga konsumen, di tengah kekhawatiran akan prospek negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini.
Ekonomi Tiongkok pulih dengan kuat pada kuartal pertama setelah pembatasan ketat di era pandemi dicabut akhir tahun lalu, tetapi pemulihan telah goyah dalam beberapa bulan terakhir karena permintaan di dalam dan luar negeri melemah.
Pihak berwenang telah meluncurkan serangkaian langkah kebijakan dalam beberapa minggu terakhir untuk mendukung pemulihan yang lesu, meskipun rinciannya masih sedikit, dan investor mengharapkan lebih banyak lagi yang akan datang.
5. Data Zona Euro
Di zona Euro, Jerman akan merilis data produksi industri pada Senin. Laporan ini diprediksi akan menunjukkan penurunan di tengah perlambatan permintaan global, terutama dari Tiongkok.
Ekonomi Jerman stagnan pada kuartal kedua 2023, meleset dari perkiraan pertumbuhan moderat, karena daya beli yang lemah, suku bunga yang lebih tinggi, dan rendahnya pesanan pabrik. Semuanya membebani ekonomi terbesar di zona euro tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News