"Penguatan rupiah ini ditopang oleh konsolidasi dolar AS karena ekspektasi The Fed bakal mulai menahan kenaikan suku bunganya akibat perlambatan yang mulai terjadi di perekonomian AS," ujar Ariston, dilansir dari Antara, Kamis, 6 Oktober 2022.
Beberapa waktu lalu data aktivitas manufaktur AS di September menunjukkan penurunan. Indeks manufaktur AS yang dilaporkan oleh Institute for Supply Management turun menjadi 50,9, lebih rendah dari estimasi 52,2 dan periode sebelumnya di level 52,8.
"Tapi di sisi lain, ekspektasi di atas bisa berbalik karena beberapa data ekonomi AS juga menunjukkan pertumbuhan, seperti data tenaga kerja versi pihak swasta ADP dan data survei aktivitas sektor jasa bulan September yang dirilis semalam," kata Ariston.
Baca: Tumbuhkan Ekonomi Digital, Erick Thohir Beri Ruang Startup |
Data ADP Non-Farm Employment Change AS pada September mencapai 208 ribu, lebih tinggi dibandingkan estimasi 200 ribu. Sedangkan data ISM Services PMI AS mencapai 56,7, lebih tinggi dari estimasi 56. Pekan ini, lanjut Ariston, pasar masih menunggu data tenaga kerja AS versi pemerintah yang akan dirilis Jumat, 7 Oktober 2022 malam.
"Sementara dari dalam negeri, kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi karena inflasi dan suku bunga tinggi masih bisa menahan penguatan rupiah terhadap dolar AS," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp15.150 per USD hingga Rp15.220 per USD. Pada Rabu, 5 Oktober, rupiah ditutup menguat 55 poin atau 0,36 persen ke posisi Rp15.193 per USD dibandingkan dengan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.248 per dolar USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News