JP Morgan. Foto: AFP.
JP Morgan. Foto: AFP.

3 Faktor JP Morgan Yakin Pasar Saham Indonesia Masih Positif di 2023, Ini Penjelasannya

Arif Wicaksono • 02 Maret 2023 10:21
Jakarta: JP Morgan memperkirakan adanya momentum positif di pasar modal Indonesia di 2022 yang akan berlanjut di 2023, dengan konsumsi domestik dan fundamental yang tetap kuat, khususnya terkait pendapatan perusahaan tetap terjaga stabil.
 
JP Morgan pun mempertahankan peringkat overweight (OW) di pasar saham Indonesia, yang merupakan salah satu pasar dengan kinerja terbaik di Asia Pasifik pada 2022, memperkirakan IHSG akan mencapai level 7.500 pada akhir 2023.
 
baca juga: Kencangkan Ikat Pinggang, IHSG Diramal Tak Bergairah Hari Ini!

Pandangan positif tersebut datang bahkan ketika pasar saham lokal telah melihat aliran dana asing keluar sejak awal tahun, karena investor memindahkan dana ke Tiongkok setelah ekonomi terbesar kedua di dunia itu membuka kembali perbatasannya dan mencabut kebijakan zero tolerance covid-19 selama tiga tahun.
 
JP Morgan mengatakan aliran dana ekuitas yang keluar baru-baru ini sebagian besar didorong oleh adanya pembukaan kembali perdagangan dari Tiongkok dimana investor menggunakan Indonesia sebagai sumber pendanaan setelah kinerja pasar saham yang luar biasa tahun lalu.

Konsumsi domestik

"Pada dasarnya, konsumsi domestik Indonesia tetap kuat dan pendapatan perusahaan bahkan tumbuh tinggi, dan kami yakin pasar saham Indonesia akan tetap memiliki outlook positif tahun ini karena investor memutuskan untuk buy on weakness," kata Senior Country Officer JP Morgan Indonesia Gioshia Ralie dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 2 Maret 2023.

Selain itu, mata uang rupiah Indonesia yang menguat dan naik sekitar tiga persen tahun ini terhadap dolar AS, karena investor asing kembali ke pasar obligasi lokal juga akan memberikan iklim investasi yang suportif terhadap pasar saham dalam waktu dekat.
 
Selain itu pasar modal juga diprediksi akan bereaksi positif terhadap penguatan rupiah belakangan ini. Rupiah yang lebih kuat dapat menguntungkan pasar, di mana apresiasi rupiah sebesar satu persen terhadap dolar AS dapat meningkatkan laba bersih per saham sebesar 1 persen, dengan asumsi hal lainnya tetap konstan.
 
"Penguatan rupiah juga merupakan kabar baik bagi importir dengan menggunakan dolar AS, terutama perusahaan consumer goods yang mengimpor bahan baku, dan juga perusahaan dengan eksposur utang menggunakan dolar AS,” kata Ralie.

Ekosistem kendaraan listrik

Ambisi Indonesia terhadap industri kendaraan listrik (EV) juga diharapkan dapat memberikan dorongan ke pasar modal Indonesia. Apalagi, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, logam yang banyak digunakan dalam produksi EV. Dengan demikian, JP Morgan menetapkan peringkat OW pada produsen material Indonesia.
 
Head of Indonesia Equities Research di JP Morgan Henry Wibowo mengatakan, berbekal cadangan nikel yang besar, Indonesia memiliki tujuan menjadi pusat kendaraan listrik di Asia Tenggara, dan kami telah melihat kemajuan yang baik dalam dua tahun terakhir,
 
"Indonesia telah menandatangani lebih dari selusin kesepakatan senilai lebih dari USD15 miliar dengan perusahaan seperti Hyundai Motor. CATL, antara lain untuk memproduksi kendaraan listrik dan baterai, serta membangun rantai pasokan," jelas dia.
 
Meskipun ekonomi digital Indonesia mengalami 2022 yang penuh tantangan di balik suku bunga yang meningkat, industri senilai USD50 miliar ini tetap menjadi bagian penting dari perekonomian.
 
"Kami yakin persaingan menuju profitabilitas terus menjadi fokus utama bagi perusahaan berbasis internet (di Indonesia) pada 2023. Mereka telah mengambil berbagai langkah efisiensi biaya tahun lalu dan memperkenalkan tools monetisasi pendapatan terkini untuk mempercepat dan mencapai profitabilitas yang berkelanjutan. Langkah-langkah tersebut tentu harus membuahkan hasil tahun ini," tambah Wibowo.
 
JP Morgan juga memberikan peringkat OW terhadap lembaga keuangan, dilihat dari kerangka tata kelola dan manajemen risiko yang lebih baik di bank-bank BUMN. Hal ini didukung dengan adanya pertumbuhan kredit sebagai pendorong pendapatan sistem perbankan, dan pergerakan industri ini dalam menuju layanan keuangan dengan menawarkan nilai tambah yang lebih tinggi.
 
JP Morgan juga baru-baru ini memberikan peringkat OW terhadap sektor kebutuhan pokok konsumen dan pelayanan kesehatan karena adanya profil pertumbuhan defensif sektor tersebut.

Pertumbuhan PDB moderat

JP Morgan memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan moderat pada 2023, setelah mencatatkan pertumbuhan yang kuat sebesar 5,3 persen pada 2022.
 
Hal ini disebabkan oleh adanya normalisasi harga komoditas, terutama batu bara, yang merupakan pendorong utama ekspor negara, ditambah dengan adanya terpaan faktor global eksternal yang cukup menantang. Meskipun demikian, perusahaan memperkirakan konsumsi domestik Indonesia yang tangguh akan memberikan penyangga defensif yang akan membantu negara ini relatif kebal terhadap risiko resesi.
 
Sementara itu neraca transaksi perdagangan Indonesia diperkirakan akan sedikit defisit tipis sebesar 0,4 persen dari PDB (USD5,3 miliar) tahun ini.
 
"Hal ini disebabkan adanya pembalikan sebagian dari guncangan terhadap persyaratan perdagangan dari tahun lalu dan defisit dalam sektor jasa yang relatif kaku. Penerimaan pariwisata diperkirakan akan kembali normal, sedangkan peningkatan impor bisnis dan jasa keuangan diperkirakan akan memperlambat dan menormalisasikan defisit -yang mungkin kasat mata- bisa kembali ke tingkat sebelum covid-19," kata Ralie.
 
Dengan adanya kemungkinan inflasi yang tetap stabil, perusahaan memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan tingkat kebijakan moneter saat ini stabil di 5,75 persen sepanjang tahun.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan