Ilustrasi. FOTO: MI/RAMDANI
Ilustrasi. FOTO: MI/RAMDANI

Begini Kinerja Kurs Rupiah Sepekan, Strong Bro!

Angga Bratadharma • 14 Januari 2023 14:34
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan sepekan ini terpantau di tren menguat. Kondisi tersebut tentu memengaruhi mereka yang berinvestasi di instrumen nilai tukar, yang harapannya mata uang Garuda bisa terus perkasa di masa-masa mendatang.
 
Mengutip data Jisdor, Sabtu, 14 Januari 2023, nilai tukar rupiah pada perdagangan awal pekan atau tepatnya Senin, 9 Januari 2023, berada di level Rp15.574 per USD. Kemudian Selasa, 10 Januari, tertekan ke posisi Rp15.589 per USD. Lalu pada Rabu, 11 Januari, mata uang Garuda menguat ke Rp15.527 per USD.
 
Sedangkan pada Kamis, 12 Januari, nilai tukar rupiah sukses kembali menguat ke level Rp15.366 per USD. Kemudian, di akhir pekan atau tepatnya Jumat, 13 Januari, mata uang Garuda sukses kembali perkasa di posisi Rp15.177 per USD.

Sebelumnya, Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama mengungkapkan, kurs rupiah berhasil menguat karena didorong oleh laporan inflasi Amerika Serikat (AS) yang turun ke level 6,5 persen. Hal ini menguatkan sentimen pengenduran suku bunga The Fed.
Baca: Daripada Duit Kamu Habis Kegerus Inflasi, Mending Diinvestasiin Aja..

Adapun inflasi AS pada Desember 2022 melambat menjadi 6,5 persen (yoy) dari bulan sebelumnya 7,1 persen (yoy). Perlambatan itu sesuai dengan ekspektasi pasar. Selain itu inflasi inti juga melambat menjadi 5,7 persen (yoy) dibandingkan dengan sebelumnya enam persen (yoy).
 
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan di satu sisi perlambatan tersebut menumbuhkan optimisme investor terhadap potensi pembalikan arah kebijakan The Fed dari saat ini akan mempertahankan suku bunga di 5,25 persen hingga awal 2024 menjadi pemangkasan suku bunga mulai kuartal IV 2023.
 
Di sisi lain investor khawatir perlambatan tersebut dapat kehilangan momentum karena inflasi sektor jasa yang masih tinggi. "Secara keseluruhan kami melihat perlambatan inflasi sebagai momentum bagi The Fed untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi 25 bps pada 1 Februari dari 50 bps pada Desember 2022," pungkas Lionel.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan