Jakarta: Tren investasi sedang marak di indonesia. Hal ini ditandai dengan kenaikan investor pasar modal milenial yang kerap naik dalam tiga tahun terakhir. Kenaikan ini menggembirakan meskipun patut dihantui pertanyaan seperti sejauh mana investor milenial itu paham tujuan investasi ?
baca juga: Gaya Investasi Hijau Negara Maju Bisa Rugikan Negara Berkembang |
1. Investasi Secepat Mungkin
Faktor waktu memegang peranan penting dalam berinvestasi. Semakin muda saat mulai berinvestasi, semakin ringan persiapan kebutuhan dan pencapaian tujuan kamu di masa depan.Investasi yang baik diumur 19 tahun akan berbeda ketika berinvestasi diumur 20 tahun. Dengan return yang sama, misalnya 5 persen setahun, maka hasil orang yang berinvestasi pada umur 19 tahun akan lebih tinggi ketimbang yang 20 tahun.
2. Punya Tujuan Investasi
Setiap investasi sebaiknya ditentukan tujuannya. Beberapa tujuan investasi yang umum antara lain mempersiapkan dana pendidikan, rencana pensiun, membeli rumah/apartemen, membeli kendaraan, renovasi properti, wisata, percepatan pelunasan KPR/KPA, atau mempersiapkan dana pensiun.
Pilih saja satu impian atau tujuan yang menurutmu penting dan membuatmu semangat dalam memulai berinvestasi.
3. Tentukan Jangka Waktu Investasi dan Target Dana
Menentukan jangka waktu berinvestasi akan mempengaruhi nominal investasi dan jenis instrumen yang dipilih untuk mencapai dana yang dibutuhkan. Semakin pendek jangka waktu berinvestasi, maka nominal yang harus dialokasikan juga biasanya relatif lebih besar, pilihan instrumen juga akan jatuh pada yang lebih aman/stabil atau volatilitas rendah.Sebagai contoh, Adi, berusia 25 tahun, menentukan tujuan investasi untuk pergi umrah, sejumlah Rp30 juta. Jika Adi ingin mencapai tujuan ini dalam 5 tahun, misalnya melalui Reksa Dana Pasar Uang, Adi bisa mulai dengan modal kurang dari Rp500,000 untuk disisihkan setiap bulannya.
Namun jika ingin umrah lebih cepat, misalnya 3 tahun, maka Adi harus rela mengalokasikan lebih dari Rp500,000 menggunakan instrumen yang sama.
4. Alokasikan dana untuk investasi secara konsisten
Idealnya, kamu bisa mengalokasikan 10 persen hingga 30 persen dari pendapatan bulanan untuk investasi.Pastikan uang yang dipakai untuk berinvestasi tidak mengganggu kebutuhan sehari-hari, cicilan hutang, ataupun dana darurat. Ingat selalu bahwa investasi tidak hanya menawarkan keuntungan, namun juga memiliki risiko. Jangan sampai saat risikonya terjadi, kelangsungan hidup jadi terganggu.
Untuk para investor pemula, awali dulu dengan persen alokasi dana yang membuatmu nyaman, kemudian jaga konsistensinya. Jadikan kegiatan investasi sebagai kebiasaan yang menyenangkan. Sejalan dengan bertambahnya pendapatan, pengetahuan, dan kepercayaan diri dalam berinvestasi, kamu bisa menambah alokasi investasi secara berkesinambungan.
5. Mulai Berinvestasi Dengan Risiko Rendah
Pasar modal memang identik dengan produk saham. Namun investasi saham memang sangat beresiko dan ada dua pilihan produk pasar modal lainnya yaitu obligasi dan reksa dana.Untuk investor pemula yang masih belum percaya diri bertransaksi saham, solusi memulai investasi pasar modal bisa secara tidak langsung, yaitu dengan membeli produk reksa dana.
Setelah sudah lebih paham dan yakin dengan Reksa Dana, kamu bisa beranjak ke investasi langsung, surat berharga (Obligasi Ritel dan Saham). Lebih jauh lagi, bahkan bisa memulai bisnis riil sendiri dan mulai bergabung dengan mitra bisnis yang cocok.
6. Cocokan Profil Resiko dan Imbal Hasil Invesasi
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada satu instrumen investor perlu mencermati aspek investasi seperti tingkat risiko dan imbal hasil.Contoh, jika profil risiko dalam berinvestasi cukup rendah, maka pastikan volatilitas emiten atau instrumen yang akan kamu pilih masuk dalam kategori konservatif.
Jika berencana mencapai tujuan investasi dengan proyeksi imbal hasil 7 persen maka pelajari apakah instrumen ini kiranya mampu memenuhi ekspektasimu.
Jangan lupa dengan proyeksi para ahli tentang perkembangan ekonomi dan bisnis ke depan yang dipadupadankan dengan tujuan investasi kamu. Banyak ya yang harus dipelajari? Santai! Ingat ya, investasi itu harus menyenangkan.
Untuk pemula, kuncinya mau memulai dengan segera, mulai saja dulu di instrumen konservatif atau dengan nominal yang kecil.
7. Pilih Produk Finansial yang Diawasi OJK.
Dengan semakin maraknya minat publik dalam berinvestasi, banyak juga bermunculan lembaga keuangan di Indonesia. Bagaimana cara memilih partner yang tepat dalam berinvestasi?Untuk industri pasar modal, semua lembaga keuangan wajib terdaftar dan diawasi oleh pemerintah, dalam hal ini OJK.
Investor harus menjatuhkan pilihan pada perusahaan yang memiliki izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta terdaftar dan diawasi oleh OJK. Kamu bisa selalu dapatkan daftar perusahaan efek legal terkini di laman resmi OJK, di sini.
8. Jangan letakkan semua telur dalam satu keranjang.
Untuk investor pemula, memilih satu instrumen saja rasanya butuh banyak pemahaman ya, apalagi mempelajari banyak instrumen untuk diversifikasi? Tenang. Semua tidak harus dilakukan bersamaan kok.Semua bisa dilakukan bertahap, satu per satu. Misalnya, Adi yang memiliki risk profile konservatif, memilih memulai investasi dengan Reksa Dana Pasar Uang. Setelah 3 bulan rutin melakukan investasi setiap tanggal gajian, Adi mulai memahami cara kerja dan pergerakan investasinya.
Kemudian Adi mulai percaya diri, melangkah lagi ke diversifikasi instrumen pertamanya, yaitu Obligasi Negara (SBN). Produk SBN dipilih karena pokok dan imbal hasil dijamin oleh pemerintah, sehingga tergolong aman, ini masih sesuai dengan profil risiko rendah yang Adi miliki.
Setelah rutin di instrumen Reksa Dana dan SBN, kini Adi lebih berani melangkah ke investasi Saham. Mandy mulai diversifikasi keduanya, dengan mempelajari indeks LQ45 di laman resmi Bursa Efek Indonesia.
Setelah mempelajari bagaimana menganalisis rasio fundamental beberapa perusahaan, Mandy mulai memilih PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
(BBRI) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebagai saham blue chip pertamanya.
9. Potensi Keuntungan harus sejalan dengan Potensi Risiko.
Ketika mulai berinvestasi, kamu pasti ingin mendapat keuntungan yang besar dalam waktu yang cepat, kan? Eits, tapi jangan mudah tergiur dengan bentuk investasi yang memberikan keuntungan tinggi ya, Sobat Mapan! Penawaran investasi dengan keuntungan tinggi biasanya didampingi oleh risiko yang tinggi.Contoh sederhananya, instrumen saham memiliki potensi keuntungan yang lebih tinggi dibanding Reksa Dana Pasar Uang. Namun, risiko fluktuasi harga saham jauh lebih besar dibanding potensi fluktuasi Reksa Dana Pasar Uang yang cenderung sangat kecil.
Potensi keuntungan seharusnya sejalan dengan potensi risiko dari suatu produk investasi.
10. Lakukan pengawasan secara periodik
Apabila sudah memilih produk investasi jangan lupa mengevaluasi kinerja produk tersebut dari waktu ke waktu. Untuk investasi saham, hal ini bisa kamu lakukan dengan membandingkan harga saham saat ini dengan harga ketika kamu membelinya.Apakah mengalami kenaikan atau malah penurunan? Kamu pun bisa membandingkan saham tersebut dengan harga acuan pasar atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Apakah saham yang kamu punya memiliki pertumbuhan positif dibandingkan IHSG di periode yang sama?.
Itulah panduan berinvestasi yang kami rangkum semoga membantu perencanaan keuangan kalian.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News