Ilustrasi Rupiah. Foto: MI/Susanto
Ilustrasi Rupiah. Foto: MI/Susanto

Rupiah Melemah Jelang Pengumuman Suku Bunga BI

Annisa ayu artanti • 17 Januari 2024 10:08
Jakarta: Nilai tukar rupiah (kurs rupiah) melanjutkan pelemahan pada perdagangan Rabu pagi menjelang pengumuman Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia.
 
Mengacu data Bloomberg, Rabu, 17 Januari 2024, rupiah terpantau melemah 32 poin atau 0,21 persen menjadi Rp15.624,5 per USD.
 
Sementara itu, berdasarkan Yahoo Finance, pelemahan rupiah terjadi lebih dalam yaitu terkontraksi 37 poin atau 0,23 persen ke posisi Rp15.627 per USD.

Adapun pada penutupan perdagangan kemarin rupiah berada di level Rp15.590 per USD. Pada perdagangan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp15.584 hingga Rp15.629 per USD.
 
Melansir Antara, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rupiah melemah menjelang rilis hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI). Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga kebijakan atau BI-Rate di level enam persen.
 
"Hari ini Bl akan mengumumkan hasil rapat BI," kata Josua.
 
Rupiah pada perdagangan Rabu diproyeksikan akan berada di rentang Rp15.550 per USD sampai dengan Rp15.675 per USD.
 
Baca juga: Dipukul Bertubi-tubi, Rupiah Ditutup Ambruk hingga Nyaris Sentuh Level Rp15.600

SBN diperdagangkan beragam

Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) diperdagangkan beragam meskipun rupiah melemah pada Selasa, 16 Januari 2024. Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp29,07 triliun pada Selasa, lebih tinggi dibandingkan volume perdagangan pada Senin sebesar Rp6,58 triliun.
 
Kepemilikan asing pada obligasi Pemerintah Indonesia naik Rp1,09 triliun menjadi Rp846 triliun (14,92 persen dari total beredar) pada 15 Januari 2024.
 
Pemerintah mengadakan lelang dan menyerap Rp24 triliun dari Rp67,56 triliun penawaran yang masuk, lebih tinggi dari penawaran yang masuk pada lelang sebelumnya sebesar Rp39,80 triliun.
 
Di sisi global, keraguan investor meningkat terhadap kemungkinan penurunan suku bunga kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed pada Maret 2024, terutama karena kurangnya sinyal dari anggota The Fed dan solidnya data ekonomi AS terkini.
 
Kondisi tersebut menyebabkan investor beralih ke aset dolar AS sehingga mendorong penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah AS atau US Treasury (UST).
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan