Profesi keuangan memiliki peran penting dan identik dengan kemajuan ekonomi suatu bangsa. Oleh karena itu, perlu bagi para profesi di bidang keuangan untuk belajar memahami krisis keuangan yang telah dihadapi sebagai bekal ke depan.
"Banyak generasi muda milenial yang mungkin tidak, atau kurang familier dengan apa itu krisis keuangan, baik di Indonesia maupun di dunia. Padahal namanya dua kata, krisis keuangan berarti ada sesuatu yang salah dengan keuangan yang menimbulkan krisis," kata Sri Mulyani dilansir Media Indonesia, Rabu, 26 Juli 2023.
Bendahara negara itu menyebut terdapat tiga krisis keuangan yang pernah dialami Indonesia. Pertama, krisis keuangan 1997-1998 menjadi tonggak sejarah perekonomian.
Baca juga: Sri Mulyani: Keuangan Negara Jadi Instrumen Utama Menyelamatkan Masyarakat di Setiap Krisis |
Kedua, krisis keuangan dunia pada 2008-2009 yang membentuk banyak regulasi dan praktik di bidang profesi keuangan. Terakhir, krisis pandemi yang berlangsung dari 2020-2022.
Adapun, krisis yang pertama berkaitan dengan krisis perbankan keuangan di Indonesia dan Asia Tenggara. Sementara krisis kedua berkaitan dengan krisis keuangan global.
Sedangkan krisis yang terakhir merupakan krisis kesehatan, namun dimensinya adalah krisis keuangan. Terkait krisis pandemi, sambung Sri Mulyani, para profesional dan generasi muda yang ada di bidang keuangan perlu memahami dan mempelajari konsekuensi logis dari adanya krisis kesehatan menjadi krisis keuangan.
Dia mengatakan masih ada kemungkinan terjadinya krisis pandemi di masa depan yang perlu diantisipasi guna menentukan langkah dari sektor keuangan yang harus dilakukan.
"Generasi ke depan kalau menghadapi mereka tidak perlu mulai dari nol lagi. Pernah terjadi been there happening dan kita sudah bisa menyampaikan," ujarnya.
Ia juga menyampaikan terdapat isu lain di sektor keuangan, yakni kemungkinan syok yang berasal dari isu perubahan iklim.
"Sektor keuangan akan menjadi penjuru penting. Jadi, pahami risiko dari perubahan iklim. Dampaknya sangat besar. Asset value bisa drop, asset value bisa naik, karena perubahan iklim. Risiko bisa 0 dan 1," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News