Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.
Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.

Meski Gak Banyak, Rupiah Sukses Ganyang Dolar AS

Husen Miftahudin • 05 Oktober 2023 16:05
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan. Mata uang Garuda tersebut bergerak positif setelah berhari-hari terus terpukul kedigdayaan dolar AS.
 
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 5 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.618 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 16 poin atau setara 0,10 persen dari posisi Rp15.634 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 16 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 45 poin di level Rp15.618 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.633 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp15.610 per USD. Rupiah menguat 14 poin atau setara 0,08 persen dari Rp15.624 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.601 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 35 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.636 per USD.
 
Baca juga: Pagi Ini Rupiah Mampu Libas Dolar AS
 

Ekonomi RI tumbuh kuat


Di sisi lain, kata Ibrahim, pemerintah masih memandang optimistis terhadap perekonomian nasional yang akan terus tumbuh dengan kuat dan semakin inklusif di masa depan. Sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.
 
"Ragam faktor telah mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menunjukkan tren yang positif," sebut dia.
 
Adapun, pertumbuhan ekonomi tumbuh secara konsisten di atas lima persen (yoy) sejak kuartal keempat 2021 hingga kuartal kedua 2023 berkat naiknya permintaan domestik, baik dari sisi konsumsi swasta dan investasi, seiring dengan peningkatan mobilitas ekonomi. 
 
Selain itu, ada beberapa kondisi yang perlu menjadi perhatian bagi segenap pembuat kebijakan ke depan. Salah satunya, yaitu akumulasi delapan bulan surplus neraca perdagangan telah turun sebesar minus 30 persen (yoy). Hal ini disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor komoditas dan hasil manufaktur Indonesia.
 
"Walaupun mata uang rupiah hari ini menguat, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan ekonomi global yang terus melambat akibat dari inflasi yang tinggi disebabkan oleh krisis invasi Rusia ke Ukraina yang terus  meningkat."
 
"Selain itu juga juga terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan, guna untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan demi mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," jelas Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan