Ilustrasi. Foto: dok MI.
Ilustrasi. Foto: dok MI.

Usai Debat Cawapres Semalam, Rupiah Kehilangan Tajinya

Husen Miftahudin • 22 Januari 2024 10:07
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah kehilangan tajinya melawan keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan ini, pascadebat panas yang menyajikan pertarungan antarcalon wakil presiden untuk Pilpres 2024 semalam.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 22 Januari 2024, rupiah hingga pukul 09.43 WIB berada di level Rp15.622 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun tipis tujuh poin atau setara 0,05 persen dari Rp15.615 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp15.621 per USD, juga turun 12 poin atau setara 0,07 persen dari Rp15.609 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah dinilai akan menguat tipis.
 
"Untuk perdagangan Senin, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang Rp15.590 per USD hingga Rp15.650 per USD," ungkap Ibrahim.
 
Baca juga: Akhir Pekan, Rupiah Tekan Dolar AS
 

Utang pemerintah naik


Adapun, utang pemerintah sampai 31 Desember 2023 ditutup di angka Rp8.144,69 triliun. Jumlah itu naik Rp103,68 triliun dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai Rp 8.041,01 triliun.
 
Pertambahan utang itu membuat rasio utang pemerintah akhir 2023 menjadi 38,59 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), naik dari bulan sebelumnya yang di level 38,11 persen. Namun turun dibandingkan akhir 2021 dan 2022.
 
Nilai rasio utang tersebut lebih rendah dibandingkan akhir 2022 (39,70 persen PDB) dan pada puncak pandemi covid-19 di 2021 (40,74 persen PDB).
 
Rasio utang ini masih di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai UU Nomor 17/2023 tentang Keuangan Negara, serta lebih baik dari yang telah ditetapkan melalui Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah 2023-2026 di kisaran 40 persen.
 
Utang pemerintah terdiri atas dua jenis yakni berbentuk surat berharga negara (SBN) dan pinjaman. Mayoritas utang pemerintah sampai Desember 2023 masih didominasi oleh instrumen SBN yakni 88,16 persen dan sisanya pinjaman 11,84 persen.
 
Secara rinci, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN sebesar Rp7.180,71 triliun. Terdiri dari SBN domestik sebesar Rp5.808,13 triliun yang berasal dari Surat Utang Negara Rp4.700,60 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp1.107,53 triliun.
 
Per akhir Desember 2023, profil jatuh tempo utang Pemerintah Indonesia disebut terhitung cukup aman dengan rata-rata tertimbang jatuh tempo (average time maturity/ATM) di kisaran delapan tahun.
 
Sedangkan, pemerintah mengutamakan pengadaan utang dengan tenor menengah-panjang dan melakukan pengelolaan portofolio utang secara aktif.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan