Hal ini ditunjukkan dengan performa pasar saham Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang bergerak ke tren yang jauh lebih positif. Usai pembukaan kembali akses ekonomi di Tiongkok, permintaan investor global terhadap saham-saham pasar Tiongkok semakin tinggi.
Riset Financial Times dan Bloomberg menunjukkan peningkatan dua kali lipat dari pembelian ekuitas Tiongkok dibandingkan dengan angka 2019 atau masa sebelum pandemi. Diharapkan kondisi tersebut bisa terus membaik di masa-masa mendatang.
Selain itu, white-collar recession diprediksi menjadi fenomena ekonomi di AS, dengan sektor industri yang sebelumnya mengalami disrupsi dan pertumbuhan signifikan di masa pandemi dua tahun lalu mulai melakukan adaptasi dalam bentuk efisiensi sumber daya manusia.
Baca: 5 Fakta Ekonomi Turki, Inflasi Tinggi Pasar Modalnya Tetap Kinclong |
"Hal ini ditunjukan dari layoff besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan global seperti Amazon, Meta, dan Microsoft," kata Head of Corporate Communications Pluang Kartika Dewi, dilansir dari keterangan tertulisnya, Selasa, 14 Februari 2023.
Apabila dibandingkan dengan awal pandemi 2020, lanjutnya, industri yang paling terdampak krisis ekonomi adalah sektor-sektor yang memiliki proporsi pekerja berupah rendah yang dominan seperti pariwisata, ritel, dan hiburan. Di sisi lain, para pekerja kerah putih malah semakin diminati pasar tenaga kerja.
"Karena adanya kebutuhan perusahaan untuk membuat berbagai jenis proyek baru sebagai upaya adaptasi bisnis. Sekarang, ekonomi sedang berusaha pulih ke kondisi pra-pandemi dan sektor-sektor industri yang sebelumnya meraup kesempatan harus mendefinisikan kembali produktivitas untuk mengambil keputusan bisnis yang paling cost-effective," jelas Kartika.
Publik memandang strategi layoff perusahaan sektor teknologi ini bukan menjadi sinyal negatif akan perkembangan perusahaan, tetapi justru strategi mengatur kembali profitabilitasnya. Sedangkan pasar obligasi AS, inverted yield curve menunjukkan kondisi investor yang masih kurang percaya diri dengan prospek ekonomi jangka panjang.
Kartika melanjutkan investor tetap harus berjaga-jaga akan kemungkinan resesi sepanjang 2023. Tren yang positif yang ditunjukkan oleh sederetan aksi-aksi pasar ini yang belum sepenuhnya menunjukan tren bullish dan bisa jadi hanya sebagai pemulihan tren bearish saja.
"Kami menyarankan investor untuk memanfaatkan kondisi ini lewat rebalancing portofolio namun tetap siaga akan kemungkinan resesi tahun ini," tutup Kartika.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News