Head of Research Team & Strategist Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya mengatakan skenario dasar (base-case scenario) tersebut juga didukung oleh preferensi investor global pada pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Untuk sektornya, kami memiliki sektor consumer non-cyclical dan financial karena masih akan prospektif dan dapat menjadi pilihan tahun depan," ujar Hariyanto, dalam Sage Talk & Market Outlook 2023, dilansir dari keterangan tertulisnya, Rabu, 7 Desember 2022.
Sektor consumer non-cyclicals masih menarik karena margin keuntungan perusahaan di bidang tersebut masih meningkat dan laba bersihnya mampu tumbuh pada 2023. Pertumbuhan kinerja emiten saham di sektor tersebut, lanjutnya, merupakan dampak positif dari lebih tingginya harga jual daripada kenaikan harga produk agrikultur akibat normalisasi sejak Juli 2022.
Baca: Strategi Meta Kembangkan Digitalisasi bagi Pelaku Bisnis di 2023 |
Untuk sektor keuangan, Hariyanto memprediksi pertumbuhan laba bersih perbankan masih menguat pada 2023 didukung pertumbuhan pinjaman dan pertumbuhan margin bunga bersih yang tinggi tahun depan. Selain itu, turunnya beban pencadangan atau beban provisi yang diprediksi terjadi tahun depan juga akan mendukung pertumbuhan laba bersih perbankan.
Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto memprediksi pertumbuhan kredit perbankan tahun depan masih cukup menjanjikan mengingat kebijakan pemerintah dan otoritas moneter masih cukup akomodatif meskipun kenaikan suku bunga diprediksi berlanjut.
"Kami memprediksi Bank Indonesia masih akan melanjutkan penaikan suku bunga untuk mengendalikan kenaikan inflasi dan nilai tukar dolar AS. Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sektor perbankan masih tetap akomodatif untuk mendukung pertumbuhan kredit perbankan,” tutur Rully.
Dia memprediksi pemulihan ekonomi Indonesia juga masih sesuai prediksi dan harapan sepanjang kuartal III-2022, yang tercermin dari berlanjutnya pemulihan mobilitas dan konsumsi masyarakat, dibarengi oleh neraca perdagangan luar negeri yang masih tetap kuat.
Konsumsi rumah tangga, lanjut Rully, masih akan moderat hingga kuartal I-2023 meskipun terjadi perlambatan ekonomi nasional tahun depan, terutama semakin terbatasnya mobilitas masyarakat setelah harga BBM bersubsidi naik.
Perlambatan ekonomi di dalam negeri tersebut, lanjutnya, masih lebih baik daripada perlambatan ekonomi di tingkat global yang sudah mulai terlihat hingga penghujung tahun ini. Dia menilai perlambatan ekonomi global sudah tercermin dari melemahnya aktivitas manufaktur di negara-negara ekonomi maju.
Dia menuturkan negara ekonomi maju seperti Inggris Raya dan Zona Eropa sudah lebih dulu mengalami pelemahan ekonomi setelah terdampak kebijakan pengetatan moneter serta krisis energi yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News