Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah pada hari ini utamanya disebabkan oleh data perekonomian Indonesia yang pada kuartal ketiga 2022 mampu tumbuh di atas ekspektasi. Produk Domestik Bruto (PDB) nasional berhasil mencetak pertumbuhan 5,72 persen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
"Data otoritas statistik juga menunjukkan, ini merupakan kali empat secara beruntun dalam empat kuartal terakhir dimana pertumbuhan ekonomi nasional berhasil tumbuh di atas angka lima persen. Ini semakin menunjukkan prospek cerah perekonomian nasional," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya, Rabu, 9 November 2022.
Menurut Ibrahim, tingginya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pascapandemi dan di tengah situasi global yang semakin tak menentu ini membuat sejumlah media asing memberikan perhatian lebih. Apalagi angka pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi selama satu tahun ke belakang.
Tingginya PDB tersebut diuntungkan dari kenaikan harga komoditas akibat perang Rusia Ukraina pada Februari lalu. Indonesia sendiri merupakan pengekspor utama batu bara, minyak bumi, emas, nikel, dan minyak sawit.
"Berkat kenaikan harga komoditas ini, ekspor Indonesia tumbuh di angka 21,64 persen (yoy) pada kuartal ketiga 2022, dimana angka ini naik sebanyak 19,74 persen," paparnya.
Meskipun pertumbuhan ekonomi di kuartal III ini lebih tinggi dari kuartal sebelumnya, Ibrahim menegaskan bahwa pemerintah harus tetap waspada terhadap potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2022 nanti.
Baca juga: Selamat! Rupiah Rabu Sore Menguat Lagi ke Rp15.567/USD |
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah di sisa akhir tahun ini. Pertama adalah mempercepat belanja modal dan belanja barang karena hingga Oktober 2022 realisasi belanja modal baru mencapai 66,83 persen, sedangkan untuk belanja barang sebesar 66,44 persen.
"Yang kedua adalah penyesuaian secara moderat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), sehingga perlu dilakukan moderasi suku bunga kebijakan untuk mengikuti perkembangan inflasi yang terjadi selama ini dan sangat dipengaruhi oleh dinamika kondisi global," jelasnya.
Dari faktor global, indeks dolar pada hari ini diperdagangkan turun lebih dari satu persen untuk minggu ini, di tengah meningkatnya ketidakpastian atas hasil pemilihan paruh waktu. Kebuntuan politik potensial kemungkinan akan memastikan tidak ada perubahan besar pada kebijakan fiskal di tahun-tahun mendatang yang dapat menguntungkan greenback.
Tumbuhnya ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Federal Reserve dan pasar sekarang memperkirakan kemungkinan hampir 60 persen bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Desember, setelah beberapa pejabat Fed mengatakan mereka mendukung langkah tersebut.
"Namun, mengingat bahwa bank sentral juga mengisyaratkan suku bunga kemungkinan akan mencapai puncaknya pada tingkat yang lebih tinggi dari yang diharapkan, prospek mata uang Asia tetap tidak pasti. Data inflasi CPI AS diperkirakan akan menjelaskan lebih lanjut tentang langkah Fed selanjutnya, karena berjuang untuk mengendalikan kenaikan inflasi," urai Ibrahim.
Ia memprediksi, rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif dan rupiah diprediksi masih menguat. "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.630 per USD hingga Rp15.70 per USD," tutup Ibrahim.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News