Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan ini terus mengalami pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Senin, 26 September 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp15.102,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut terperosok hingga 65 poin atau setara 0,43 persen dari posisi Rp15.037,5 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp15.062,5 per USD hingga Rp15.104 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 5,89 persen.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah terus-terus babak belur. Rupiah bertengger di posisi Rp15.100 per USD, melemah hingga 65 poin atau 0,43 persen dari Rp15.035 per USD.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Namun mata uang Garuda pada penutupan perdagangan hari ini diperkirakan masih melemah.
"Untuk perdagangan Senin, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.020 per USD hingga Rp15.070 per USD," jelasnya.
Pelemahan ini didorong oleh sentimen eksternal dari penguatan dolar AS yang membukukan rekor baru tertinggi dalam 24 tahun terakhir, utamanya terhadap mata uang yen. Hal itu setelah proyeksi suku bunga hawkish Federal Reserve kontras dengan sikap dovish Bank of Japan.
Intervensi tersebut mengikuti keputusan Bank of Japan untuk mempertahankan kebijakan moneter ultra-mudahnya. Ini memberikan kontras langsung dengan sikap yang diambil oleh Federal Reserve ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin dan mengisyaratkan suku bunganya akan naik lebih tinggi dan tetap tinggi lebih lama dari yang diperkirakan pasar sebelumnya.
"Tetapi di sisi lain juga mengisyaratkan suku bunga kebijakannya akan naik sebesar 4,4 persen pada akhir tahun dan mencapai 4,6 persen pada akhir 2023. Ini menunjukkan suku bunga akan naik lebih tinggi dan tetap tinggi lebih lama dari harga pasar sebelumnya," ungkap Ibrahim.
Sementara itu, BoE secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk pertemuan keenam berturut-turut di akhir sesi, dengan peningkatan 75 bps untuk menyamai langkah Fed sebagai favorit pasar saat ini.
"Namun, masih bisa diperdebatkan apakah langkah seperti itu akan memberi poundsterling banyak dorongan mengingat negara itu sedang menuju resesi yang dalam pada akhir tahun. Menurut perkiraan Bank of England sendiri, pemerintah kemungkinan harus meminjam banyak untuk membayar dukungan yang baru-baru ini diumumkan kepada bisnis untuk biaya energi," tukasnya.
Mengutip data Bloomberg, Senin, 26 September 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp15.102,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut terperosok hingga 65 poin atau setara 0,43 persen dari posisi Rp15.037,5 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp15.062,5 per USD hingga Rp15.104 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 5,89 persen.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah terus-terus babak belur. Rupiah bertengger di posisi Rp15.100 per USD, melemah hingga 65 poin atau 0,43 persen dari Rp15.035 per USD.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Namun mata uang Garuda pada penutupan perdagangan hari ini diperkirakan masih melemah.
"Untuk perdagangan Senin, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.020 per USD hingga Rp15.070 per USD," jelasnya.
Baca juga: Harga Minyak Turun ke Posisi Terendah, Imbas Penguatan Dolar AS |
Pelemahan ini didorong oleh sentimen eksternal dari penguatan dolar AS yang membukukan rekor baru tertinggi dalam 24 tahun terakhir, utamanya terhadap mata uang yen. Hal itu setelah proyeksi suku bunga hawkish Federal Reserve kontras dengan sikap dovish Bank of Japan.
Intervensi tersebut mengikuti keputusan Bank of Japan untuk mempertahankan kebijakan moneter ultra-mudahnya. Ini memberikan kontras langsung dengan sikap yang diambil oleh Federal Reserve ketika bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin dan mengisyaratkan suku bunganya akan naik lebih tinggi dan tetap tinggi lebih lama dari yang diperkirakan pasar sebelumnya.
"Tetapi di sisi lain juga mengisyaratkan suku bunga kebijakannya akan naik sebesar 4,4 persen pada akhir tahun dan mencapai 4,6 persen pada akhir 2023. Ini menunjukkan suku bunga akan naik lebih tinggi dan tetap tinggi lebih lama dari harga pasar sebelumnya," ungkap Ibrahim.
Sementara itu, BoE secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk pertemuan keenam berturut-turut di akhir sesi, dengan peningkatan 75 bps untuk menyamai langkah Fed sebagai favorit pasar saat ini.
"Namun, masih bisa diperdebatkan apakah langkah seperti itu akan memberi poundsterling banyak dorongan mengingat negara itu sedang menuju resesi yang dalam pada akhir tahun. Menurut perkiraan Bank of England sendiri, pemerintah kemungkinan harus meminjam banyak untuk membayar dukungan yang baru-baru ini diumumkan kepada bisnis untuk biaya energi," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News