Kepala Grup Departemen Ekonomi & Kebijakan Moneter BI Wira Kusuma mengatakan, kenaikan inflasi di Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh imported inflation. Artinya kenaikan ini dipengaruhi oleh barang-barang yang harganya mengalami kenaikan di pasar global.
"Sementara kita lihat komponen inflasi yang lain seperti core inflation masih dalam sasarannya. Kemudian juga exchange rate pass through karena nilai tukar yang semakin terdepresiasi itu juga menambah tekanan inflasi," kata dia dalam Forum Merdeka Barat 9, Senin, 25 Juli 2022.
Ia menambahkan, kenaikan inflasi tersebut tak lepas dari situasi global yang juga mengalami hal serupa. Setidaknya ada empat hal yang mempengaruhi kenaikan inflasi global, yaitu perbaikan penanganan pandemi covid-19 yang cukup baik meski dihadapkan munculnya varian baru.
"Kedua, ketegangan geopolitik yang berkepanjangan di luar perkiraan kita. Ketiga, ada proteksionisme, tren proteksionisme yang dilakukan negara-negara untuk mengamankan pasokannya, terutama pangan. Keempat, gangguan rantai pasokan," ungkapnya.
Baca juga: Pengetatan Kejutan di Ekonomi Asia Tingkatkan Tekanan ke Bank Sentral |
Wira menyebut, masalah tadi membuat dinamika perekonomian global sedikit berubah. Hal ini ditandai dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang mengalami penurunan dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya karena tingginya ketidakpastian.
"Inflasi yang meningkat di negara-negara tersebut menyebabkan akselerasi respons moneter terutama di advanced economy seperti di AS. Ini menyebabkan kondisi pasar keuangan global itu ketidakpastiannya semakin meningkat. Nah hal-hal semacam ini memengaruhi ekonomi domestik," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News