Ilustrasi. FOTO: Medcom.id
Ilustrasi. FOTO: Medcom.id

8 Fakta Penting tentang Investasi di Kuartal IV

Angga Bratadharma • 13 Oktober 2022 15:05
Jakarta: Pasar belum bisa bernafas lega pada triwulan lalu karena kekhawatiran akan peningkatan resesi global. Setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga lima kali hingga 300 bps sejak Maret, imbal hasil obligasi Pemerintah AS meningkat tiga kali lipat, sedangkan ekuitas turun 25 persen.
 
Dunia menyaksikan langkah bank sentral AS menaikkan suku bunga hingga mencapai 4,5 persen sebelum akhirnya mengambil jeda untuk memantau dampak dari kenaikan tersebut pada pasar tenaga kerja dan inflasi. Saat memasuki triwulan terakhir tahun ini, pertanyaan besar belum terjawab.
 
Pertanyaan itu adalah apakah pasar secara memadai memerhitungkan berbagai faktor penghambat, seperti ketidakpastian geopolitik, kenaikan inflasi, dan sikap bank sentral AS yang semakin agresif? Di tengah gejolak pasar jangka pendek, Bank DBS melihat nilai meningkat dan berkembang serta terus menyarankan investasi di sekuritas bermutu.

Untuk pendapatan tetap, Chief Investment Officer DBS Hou Wey Fook mengatakan, ambil pendekatan dollar-cost average atau berinvestasi dalam mata uang dolar dengan jumlah tetap secara teratur untuk menambahkan obligasi dengan peringkat A/BBB, yang saat ini diperdagangkan di atas lima persen sebagai penghasil pendapatan.
Baca: Kampanye Politik 2023 Beri Dampak Positif ke Ekonomi RI, Tapi...

Untuk ekuitas dengan pertumbuhan sekuler atau pertumbuhan kuat terlepas dari tren saat itu, tambahnya, perusahaan Innovators, Disruptors, Enablers, and Adaptors (I.D.E.A.) termasuk teknologi AS, menyediakan penyangga valuasi.
 
"Bank DBS juga terus menekankan diversifikasi risiko melalui alternatif, termasuk emas dan aset pribadi," tuturnya, Kamis, 13 Oktober 2022.
 
Lebih lanjut, Bank DBS mengungkapkan delapan fakta penting tentang investasi di kuartal IV-2022, yakni:

1. Ekuitas-teknologi AS diuntungkan oleh imbal hasil akhir tinggi

Setelah Simposium Jackson Hole pada Agustus, ekuitas AS menerima dampak buruk dari sikap bank sentral AS yang semakin agresif dan meningkatkan kemungkinan perlambatan drastis ekonomi. Dalam keadaan itu, Bank DBS yakin bahwa siklus AS mewakili imbalan risiko menarik karena valuasi berkontraksi 41 persen sejak akhir 2020.
 
Secara khusus, Bank DBS tetap konstruktif terhadap teknologi AS mengingat disrupsi digital bersifat sementara, serta pendapatan dan ketahanan margin Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) dari sektor itu.
 
Secara singkat, lintasan pertumbuhan untuk teknologi AS diperkirakan melampaui setiap penurunan sementara akibat perubahan makroekonomi jangka pendek dan akan benar-benar siap untuk memanfaatkan faktor pendorong dari imbal hasil obligasi yang memuncak, yang diperkirakan terjadi sekitar triwulan pertama 2023.

2. Ekuitas-tetap berpendapat kinerja Tiongkok overweight karena valuasi menarik dan kebijakan mendukung

Peningkatan ketegangan geopolitik, perlambatan pendapatan korporasi, sektor properti tidak sehat, serta kebijakan nol covid ketat secara bersama-sama memicu gerakan jual ekuitas Tiongkok selama triwulan lalu. Meskipun demikian, Bank DBS mempertahankan pandangan kinerja overweight dengan alasan berikut:
 
Pertama, valuasi saat ini berada di tingkat terendah dan diperdagangkan dengan potongan atau diskon besar ke negara maju lain dan dengan demikian membatasi penurunan lebih lanjut ke depan. Kedua, kebijakan pemerintah, yang mendukung diharapkan menopang perekonomian dan menyediakan katalis untuk pada akhirnya menaikkan peringkat pasar saham.

3. Ekuitas-ekonomi ASEAN akan diuntungkan oleh pembukaan kembali, kenaikan suku bunga, dan inflasi

Setelah mencatat PDB lemah selama masa awal covid, ASEAN-5 mengalami pemulihan meyakinkan; PDB triwulanan terbaru tercatat tumbuh sebesar 4,7 persen, berbeda dengan pertumbuhan rata-rata 1,4 persen untuk Asia Utara.
 
Unsur kunci untuk kinerja ASEAN di atas rata-rata adalah dimulainya pembukaan kembali; industri perhotelan, makanan dan minuman, penerbangan, kesehatan, dan layanan pariwisata mulai pulih dengan kuat, didukung oleh dimulainya kembali perjalanan global.
 
Kenaikan suku bunga juga menguntungkan bank karena mereka mengalami pertumbuhan margin bunga bersih. Kartu kredit dan biaya transaksi juga diperkirakan meningkat seiring dengan pembukaan kembali dan pertumbuhan lebih tinggi angka PDB. Terakhir, negara ASEAN tertentu ditopang oleh inflasi karena mereka adalah negara eksportir komoditas.

4. Ekuitas-mempertahankan pandangan kinerja Eropa underweight, ekuitas Jepang diuntungkan oleh pelemahan yen

Sentimen terhadap investasi di Eropa tetap lemah karena krisis Rusia-Ukraina berlarut-larut dan euro turun di bawah nilai mata uang pasangannya (dolar AS). Kekhawatiran akan perlambatan global meningkat karena angka Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers’ Index, PMI) dan ekspor di kawasan tersebut menunjukkan tanda-tanda melemah.
 
"Oleh karena itu, kami tetap berhati-hati terkait ekuitas Eropa secara umum, meskipun ada peluang di sektor minyak, barang mewah, kesehatan, dan teknologi," ucapnya.

5. Pendapatan tetap-pergeseran ke arah suku bunga lebih tinggi mensyaratkan tuntutan peningkatan kualitas

Mengingat pergeseran lambat namun pasti ke arah suku bunga lebih tinggi, dan dampak kenaikan suku bunga terhadap pertumbuhan diperparah oleh lonjakan utang di seluruh dunia, Bank DBS memperkirakan risiko kredit pertama-tama berasal dari wilayah ekonomi paling berpengaruh.
 
Bank DBS melakukan analisis risiko di seluruh pasar utama dan menemukan margin diskon perusahaan dengan peringkat investasi (DM IG) tetap dalam posisi terbaik untuk mengatasi tingkat suku bunga tinggi, mengingat risiko pembiayaan kembali mereka lebih rendah, fundamental kredit lebih kuat, dan arus kas yang dihasilkan lebih besar.

6. Alternatif-aset swasta

Pasar swasta telah menikmati arus modal kuat dan utang (atau dana) murah selama bertahun-bertahun kebijakan moneter akomodatif (suku bunga rendah). Namun, akhir dari dana murah ini dapat merupakan awal baru investasi aset swasta, membuka peluang sekaligus tantangan, yang menuntut investor untuk bersikap lebih selektif.
 
Suku bunga lebih tinggi dapat memunculkan risiko dari nilai utang yang lebih tinggi dari ekuitas, tantangan dalam meraih modal, dan kenaikan tingkat gagal bayar. Sementara dari sisi kurang menguntungkan, aset dengan suku bunga mengambang dan dana lindung nilai yang diuntungkan oleh dislokasi pasar dapat diuntungkan.

 
"Sementara kami tetap menekankan alokasi ke berbagai aset swasta sebagai Langkah diversifikasi, memahami nuansa setiap strategi akan bermanfaat bagi investor, terutama di era suku bunga tinggi," jelasnya.

7. Komoditas-pandangan jangka panjang tidak berubah di tengah perlambatan pertumbuhan global

Setelah mencapai puncaknya pada triwulan pertama tahun ini, harga berbagai komoditas telah turun menyusul pengetatan kebijakan moneter, perlambatan pertumbuhan global, dan penguatan dolar AS tertinggi. Di antara berbagai kelas sub-aset, energi tetap paling tangguh, sementara logam relatif berkinerja buruk, di angka minus 15 persen sejak awal tahun.
 
"Terlepas dari kondisi permintaan yang menantang, pandangan investasi jangka panjang untuk komoditas tidak berubah," ucapnya.

8. Tematik-barang mewah dan layanan kesehatan akan diuntungkan oleh perubahan demografis struktural dan gaya hidup

Pada triwulan ini, Bank DBS menggarisbawahi tema investasi barang mewah dan kesehatan sebagai penerima manfaat dari perubahan demografis dan pilihan gaya hidup baru.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan