“Sepanjang pengalaman melalui pemilu langsung, jelang tahun pemilu, spending akan naik. Karena misalnya spending untuk peralatan kampanye saja sudah berapa,” kata Ekonom Senior Chatib Basri dalam Mandiri Sekuritas Market Outlook dilansir Antara, Rabu, 12 Oktober 2022.
Pada 2023 ia memprediksi politisi akan mulai melakukan perjalanan untuk menggalang dukungan, sehingga beberapa sektor seperti transportasi akan diuntungkan.
Di samping itu, kampanye yang dilakukan melalui berbagai acara, dari mulai pagelaran musik dan pembagian pakaian yang biasanya disertai pembagian makanan juga akan mendorong masyarakat melakukan konsumsi.
Baca juga: 523 Pemda Telah Anggarkan Belanja Wajib Rp3,4 Triliun |
Namun demikian, ia memperkirakan belanja untuk kampanye tersebut tidak lantas dapat meredam dampak resesi global terhadap perekonomian nasional.
Menurutnya Indonesia memang tidak akan mengalami resesi sebagaimana Amerika Serikat dan Eropa, tetapi perekonomian Indonesia akan mengalami pelemahan.
“Karena total belanja pemerintah kepada PDB (Produk Domestik Bruto) saja relatif kecil, tapi itu akan membantu transmisi uang terhadap belanja masyarakat dalam negeri,” katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sumbangan konsumsi pemerintah pada Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal II-2022 hanya mencapai 6,94 persen.
Meskipun kampanye politik dapat mendorong peredaran uang, tetapi menurutnya masyarakat juga akan mengalami kekhawatiran terhadap ketidakpastian terhadap kebijakan.
“Kekhawatiran orang pada tahun politik biasanya terhadap kebijakan yang menyebabkan ketidakpastian, apakah akan ada reformasi atau tidak,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News