"Meningkatnya kekhawatiran akan penutupan pemerintahan AS tidak banyak menghalangi penguatan dolar, dengan suku bunga yang lebih tinggi," ungkap Ibrahim dalam analisis harian, dikutip Rabu, 27 September 2023.
Ibrahim melanjutkan, Kongres mempunyai waktu kurang dari seminggu untuk meloloskan rancangan undang-undang pengeluaran dan mencegah penutupan pemerintahan. Namun para pemimpin Partai Republik dan Demokrat mengindikasikan hanya sedikit kemajuan yang dicapai dalam mencapai konsensus.
Selain itu, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan dalam pidatonya bahwa ia melihat suku bunga akan naik setidaknya sekali lagi pada tahun ini, dan kemungkinan akan tetap lebih tinggi hingga 2024.
Komentarnya serupa dengan pernyataan Ketua Fed Jerome Powell pekan lalu, yang mengatakan inflasi yang tinggi dan pasar tenaga kerja yang ketat kemungkinan akan menyebabkan kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini.
"Powell juga meremehkan ekspektasi penurunan suku bunga besar-besaran tahun depan, dengan target suku bunga The Fed ditetapkan tetap di atas lima persen hingga 2024," papar dia.
Di Asia, pengembang properti China Evergrande Group yang terkepung mengatakan pihaknya tidak akan dapat menerbitkan utang baru karena penyelidikan pemerintah.
Hal ini meningkatkan kekhawatiran atas pengawasan peraturan yang lebih ketat terhadap sektor ini, yang sudah berjuang menghadapi krisis uang tunai selama tiga tahun.
"Fokus minggu ini adalah pada data indeks manajer pembelian dari Tiongkok untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai aktivitas bisnis," terang Ibrahim.
Baca juga: Rupiah Ambruk Gegara Pernyataan 'Hawkish' The Fed |
Optimisme pertumbuhan ekonomi nasional
Ibrahim mengungkapkan, pemerintah memproyeksikan optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2024 akan mengalami peningkatan sebesar 5,2 persen. Sementara, para ekonom hanya memproyeksikan di rentang 4,9 persen hingga 5,1 persen.
Pemerintah berkeyakinan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global 2024 yang diproyeksikan oleh beberapa organisasi internasional, seperti World Bank dari 2,1 persen menjadi 2,4 persen, International Monetary Fund (IMF) 3 persen, serta Organization Economic Cooperation and Development (OECD) dari 2,7 persen menjadi 2,9 persen.
"Walaupun masih ada ketidakpastian global, Namun pertumbuhan ekonomi tersebut dapat ditopang oleh inflasi yang terkendali dan efek pemilihan umum (Pemilu) 2024," jelas dia.
Dari Pemilu 2024 tersebut dapat menimbulkan dua dampak, di antaranya dampak langsung ke konsumsi pemerintah dan dampak tidak langsung ke konsumsi masyarakat. Dampak langsungnya akan masuk ke konsumsi pemerintah jadi komponen konsumsi pemerintah di PDB itu adalah menampung komponen belanja pemerintah yang sifatnya operasional, seperti belanja material atau belanja barang.
"Sedangkan, belanja pemerintah untuk Pemilu 2024 telah dianggarkan sebesar Rp11,52 triliun di 2023 dan senilai Rp15,97 triliun pada 2024," papar Ibrahim.
Adapun, pemilu juga bisa mendorong belanja bagi para calon legislatif yang nantinya dapat mengerek konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) dalam komponen produk domestik bruto (PDB), serta memberikan dampak tak langsung pada peningkatan konsumsi masyarakat.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meskipun begitu, mata uang Garuda tersebut akan ditutup kembali melemah.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.480 per USD hingga Rp15.550 per USD," tutup Ibrahim.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id