Mengacu data Bloomberg, Jumat sore, 19 April 2024 rupiah berada di Rp16.260 per USD melemah 81 poin atau 0,5 persen dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Sementara berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah melemah 78 poin atau 0,48 persen menjadi Rp16.250 per USD. Pada penutupan perdagangan sebelumnya rupiah berada di posisi Rp16.172 per USD.
"Pedagang mengalihkan pandangan terhadap aset safe haven mata uang yaitu dolar AS," kata analis Finex Brahmantya Himawan dilansir Antara, Jumat, 19 April 2024.
Baca juga: Otoritas Diminta Intervensi Pasar Valas Demi Menahan Pelemahan Rupiah |
Dolar AS masih menguat
Brahmantya menuturkan saat ini tren penguatan dolar AS masih terlihat, sehingga rupiah berpotensi akan terdepresiasi lebih lanjut.Selain konflik geopolitik, ia mengatakan pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh pemangkasan suku bunga kebijakan AS yang berpotensi tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Hal itu dikarenakan target inflasi AS masih jauh dari target Bank Sentral AS atau The Fed yang sebesar dua persen sementara data ekonomi AS masih cukup solid.
Beberapa rilisan angka fundamental penting AS yang mendukung kekokohan dolar AS, di antaranya berupa angka inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Maret 2024 secara bulanan naik menjadi 0,4 persen dari perkiraan 0,3 persen, sedangkan angka IHK periode tahunan juga meningkat menjadi 3,5 persen dari periode sebelumnya yang hanya 3,2 persen.
Ketua The Fed Jerome Powel masih menanti isyarat dan angka inflasi mengarah ke dua persen.
Angka penjualan ritel AS yang naik menjadi 0,7 persen jauh di atas perkiraan hanya 0,4 persen, serta klaim pengangguran yang cenderung berkurang, mengukuhkan penguatan dolar AS terhadap rupiah.
Jeda pemangkasan suku bunga yang tidak akan terjadi dalam waktu dekat oleh The Fed, karena inflasi tidak mencapai target membuat mata uang lain di seluruh dunia, tidak hanya rupiah melemah terhadap dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News