Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.
Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.

Rupiah Masih Kalah Lawan Dolar AS, Hari Ini Ditutup di Level Rp15.721/USD

Husen Miftahudin • 16 Oktober 2023 16:07
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 16 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.721 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 39 poin atau setara 0,25 persen dari posisi Rp15.682 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 39 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 50 poin di level Rp15.721 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.682 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.714 per USD. Rupiah melemah 35 poin atau setara 0,22 persen dari Rp15.679 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.716 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun tujuh poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.709 per USD.
 
Baca juga: Rupiah Ambruk karena Pasar Khawatir Perang Palestina-Israel
 

Aksi ambil untung


Di sisi lain, jelas Ibrahim, indeks dolar turun sekitar 0,1 persen di perdagangan Asia pada hari ini dan terjadi aksi ambil untung. Namun lonjakan permintaan terhadap aset-aset safe haven, setelah perang Israel-Hamas, membuat greenback tetap mendekati level tertingginya dalam 10 bulan.
 
Israel akan melancarkan serangan darat di Jalur Gaza, sebuah langkah yang dapat menandai peningkatan konflik, dan berpotensi menarik lebih banyak negara Timur Tengah.
 
Namun para pejabat AS mengatakan skenario seperti itu tampaknya tidak mungkin terjadi. Shekel Israel stabil pada hari ini, setelah mencatat penurunan hampir empat persen terhadap dolar selama dua minggu terakhir.
 
Dolar juga terdorong oleh ekspektasi kenaikan suku bunga AS, karena data terbaru menunjukkan inflasi konsumen dan sentimen tetap kuat. Fokus minggu ini juga tertuju pada serangkaian pembicara Federal Reserve, serta data ekonomi AS lainnya.
 
"Suku bunga AS kemungkinan akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga memberikan tekanan pada pasar Asia karena kesenjangan antara imbal hasil yang berisiko dan yang berisiko rendah semakin menyempit," papar dia.
 
Selain itu, serangkaian indikator ekonomi utama Tiongkok akan dirilis, data produk domestik bruto kuartal ketiga akan dirilis akhir pekan ini. Angka tersebut diperkirakan akan menunjukkan berlanjutnya pelemahan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, karena aktivitas bisnis tetap lemah meskipun langkah-langkah anti covid telah dicabut pada awal tahun.
 
"Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) juga akan memutuskan suku bunga pinjaman utama pada minggu ini, meskipun perubahan tampaknya tidak mungkin terjadi setelah PBOC mempertahankan suku bunga pinjaman jangka menengah tidak berubah," tutup Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan