Pertambangan nikel NICL. Foto: dok NICL.
Pertambangan nikel NICL. Foto: dok NICL.

NICL Sukses Raup Laba Bersih Rp73,5 Miliar Meski Omzet Penjualan Jeblok

Husen Miftahudin • 26 Juli 2024 13:46
Jakarta: Emiten pertambangan nikel yang berbasis di Sulawesi, PT PAM Mineral Tbk (NICL) selama periode semester pertama 2024 mengalami penurunan penjualan sebesar 11,95 persen menjadi Rp419 miliar dibandingkan dengan periode yang sama 2023 sebesar Rp476 miliar.
 
Direktur Utama NICL Ruddy Tjanaka mengungkapkan penurunan ini disebabkan karena harga rata-rata nikel pada semester satu tahun ini lebih rendah jika dibandingkan dengan harga rata-rata nikel pada semester satu tahun lalu.
 
Meskipun begitu, laba usaha NICL membukukan kenaikan sebesar 1,25 persen menjadi sebesar Rp87,8 miliar dibandingkan laba usaha pada periode yang sama 2023 sebesar Rp86,7 miliar. Sedangkan laba bersih NICL melonjak sebesar 13,71 persen menjadi Rp73,5 miliar dari sebelumnya Rp64,7 miliar.

"Walaupun dari segi omzet penjualan pada periode ini menurun dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya, namun dari sisi volume penjualan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni sebesar 4,2 persen dari 679.066 MT menjadi 707.597 MT," ujar Ruddy dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 26 Juli 2024.
 
"Kami cukup gembira atas kinerja enam bulan pertama di tahun 2024, perseroan berhasil melakukan efisiensi sekaligus mengoptimalkan sumber daya yang ada di tengah kondisi operasional yang cukup menantang. Dengan adanya kendala curah hujan yang cukup tinggi pada periode Januari hingga Juni 2024, perseroan masih bisa meningkatkan volume penjualan pada semester satu tahun ini," tambah Ruddy menjelaskan.
 
Pada sisi neraca, hingga 30 Juni 2024, NICL berhasil membukukan peningkatan total aset sebesar 7,22 persen dari Rp856,8 miliar menjadi sebesar Rp918,7 miliar jika dibandingkan dengan posisi neraca pada 31 Desember 2023
 
Selain itu, ekuitas perseroan tumbuh sebesar 4,88 persen dari Rp745,4 miliar menjadi sebesar Rp781,8 miliar dari posisi ekuitas pada 31 Desember 2023. Peningkatan tersebut dikontribusikan oleh peningkatan laba tahun berjalan perseroan.
 
Baca juga: MUI Kaji Kemungkinan Dapat Ikut Kelola Tambang dari Pemerintah
 

Fokus tingkatkan produksi


NICL juga menargetkan produksi nikel pada tahun ini sebesar 2,6 juta metrik ton (MT), meningkat 41 persen dari realisasi produksi 2023 sebesar 1,847 juta MT. Target produksi tersebut juga untuk bijih nikel kadar Ni 1,30 persen sampai 1,50 persen. Peningkatan target produksi ini didasari dengan adanya permintaan market yang semakin meningkat karena semakin banyak smelter yang beroperasi.
 
Saat ini, perseroan telah mendapatkan persetujuan RKAB periode 2024-2026 dengan total volume penjualan yang telah disetujui sebesar 7,8 juta WMT. Untuk mendukung kinerja operasional dan terpenuhinya target perseroan, saat ini daya dukung infrastruktur tambang yang telah dimiliki baik berupa angkutan jalan tambang dan juga pelabuhan dalam tahap peningkatan dan pengembangan untuk beroperasi secara maksimal.
 
"Perseroan optimis peningkatan produksi tersebut relevan terhadap supply and demand dengan kondisi perkembangan kebutuhan industri nikel yang semakin meningkat," tutur Ruddy.
 
Ia menyampaikan, informasi terakhir dari Kementerian ESDM, RKAB yang disetujui sebesar 240 juta ton. Kendala yang dihadapi di lapangan saat ini adalah cuaca dan ketersediaan alat-alat produksi, kondisi ini menyebabkan tidak terpenuhinya supply.  
 
"Dukungan pemerintah untuk industri nikel memberikan optimisme kepada perseroan untuk meningkatkan produksi nikel, dengan adanya peningkatan produksi akan memberikan dampak yang positif bagi kinerja operasional dan keuangan kami yang nantinya akan tercermin dalam peningkatan laba bersih perseroan. Pada akhirnya akan memberikan nilai tambah yang positif bagi pemegang saham dan stakeholder," kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan