Mengutip data Bloomberg, Rabu, 25 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.870 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 21 poin atau setara 0,13 persen dari posisi Rp15.848 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 21 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 30 poin di level Rp15.870 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.848 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
Harap-harap cemas kebijakan suku bunga Fed
Adapun, jelas Ibrahim, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang lainnya, stabil di 106,17. Angka ini rebound dari level terendah satu bulan di 105,35 pada sesi sebelumnya.
S&P Global menyampaikan Indeks Manajer Pembelian Komposit AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, naik ke level tertinggi sejak Juli. Data tersebut menunjukkan berlanjutnya ketahanan perekonomian AS, yang pada gilirannya memberikan lebih banyak ruang bagi Federal Reserve untuk terus menaikkan suku bunga.
"Pasar sekarang sebagian besar menunggu isyarat ekonomi lebih lanjut dari AS pada minggu ini, terutama data produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga yang akan dirilis pada hari Kamis," terang Ibrahim.
Menurut dia, tanda-tanda ketahanan ekonomi AS akan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu lebih lama, dan juga mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe-haven.
Pembacaan PDB akan diikuti oleh data inflasi PCE-ukuran inflasi pilihan The Fed pada Jumat. Inflasi AS yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir, memberikan dorongan lebih besar bagi The Fed untuk tetap bersikap hawkish.
Bank sentral akan mengadakan pertemuan minggu depan untuk memutuskan suku bunga, meskipun pasar secara luas memperkirakan The Fed akan tetap mempertahankan kebijakannya.
"Namun, para pejabat Fed telah mengisyaratkan setidaknya satu kali kenaikan suku bunga lagi pada tahun ini, dan suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, setidaknya hingga akhir tahun 2024," jelas Ibrahim.
Baca juga: Dolar Lagi Strong, Tapi Pelemahan Rupiah Tak Perlu Dikhawatirkan |
Ketidakpastian global hantui ekonomi RI
Ibrahim mengatakan, kondisi ekonomi global yang tak menentu mengakibatkan harga minyak mentah terus merangkak naik. Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi dalam negeri yang sampai saat ini masih ketergantungan minyak mentah dari negara lain.
"Akibat dari naiknya harga minyak karena dolar menguat menjadikan bahan impor terus merangkak naik, apalagi dibarengi dengan musim kemarau (El Nino) yang cukup panjang sehingga membuat konsumsi masyarakat mengalami penurunan," tutur dia.
Guna untuk membantu meningkatkan konsumsi masyarakat, pemerintah telah menyiapkan sejumlah paket kebijakan ekonomi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, berupa berbagai insentif yang akan digelontorkan antara lain insentif PPN untuk properti, bantuan beras, hingga bantuan langsung tunai (BLT).
"Untuk BLT akan diberikan pada keluarga penerima manfaat (KPM) sebesar Rp200 ribu selama dua bulan yaitu November dan Desember 2023," urai dia.
Kemudian, pemerintah juga akan kembali memberikan insentif berupa bantuan beras yang diberikan pada Desember 2023 sebesar 10 kg per KPM. Bantuan ini diberikan kepada 20 juta KPM yang telah terdaftar.
"Sementara itu, sektor manufaktur tidak mendapat insentif lantaran dinilai masih dalam kategori baik dan ekspansif untuk Purchasing Manager's Index (PMI)," jelas Ibrahim.
Selain itu, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan semua otoritas terkait untuk dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan ekonomi global yang terus melambat akibat dari inflasi yang tinggi disebabkan oleh krisis invasi Rusia ke Ukraina serta krisis di timur Tengah antara Israel dengan Hamas (Palestina) yang kembali memanas.
"Serta terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan guna untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," ucap dia.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami pelemahan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.850 per USD hingga Rp15.930 per USD," kata Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News