Ekonom Iwan Jaya Azis mengatakan mata uang Indonesia sejak orde baru sampai sekarang memang rentan tertekan oleh isu apapun, baik isu internal maupun isu eksternal.
"Sebab rupiah bukan mata uang komoditi, yang diperjualbelikan seperti dolar AS," kata Iwan, dihubungi Selasa, 23 Oktober 2023.
Tetapi seperti apapun guncangan naik turun mata uang rupiah, menurut Iwan hal itu tidak akan mengganggu ekonomi rakyat secara umum.
"Buktinya pada 1997-1998, rupiah pernah tertekan sampai Rp20 ribu per USD, masyarakat baik-baik saja, hanya pemerintah yang runtuh," kata Iwan.
Baca juga: Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS Tak Sedalam Mata Uang Lain |
Berdasarkan pengalaman, kata Iwan, nilai tukar rupiah hingga Rp20 ribu per USD, masih dalam posisi aman terhadap ekonomi dalam negeri.
"Kalau berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi, Rp20 ribu (per dolar AS masih aman," kata Iwan.
Fluktuasi dan pelemahan rupiah, dia benarkan lebih mengganggu terhadap perdagangan ekspor impor. Dia pun melihat pelemahan rupiah ini tidak akan terlalu mengganggu terhadap kebutuhan impor bahan baku, yang umunya akan mengakibatnya harga produk industri dalam negeri harus naik.
"Orang Indonesia itu pintar sekarang. Begitu ada gejolak dia 'akalin' bahan baku. Dan lebih menguntungkan ketika ekspor impor tidak lagi dimonopoli oleh dolar AS. Mereka impor dengan Tiongkok sudah dgn mata uang Yuan Tiongkok," kata Iwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News