Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI.
Ilustrasi rupiah. Foto: dok MI.

Rupiah Akhirnya Bertekuk Lutut di Hadapan Dolar AS

Husen Miftahudin • 26 September 2024 16:28
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami pelemahan, setelah dalam beberapa hari terakhir terus-terusan menguat signifikan.
 
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 26 September 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.165 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah sebanyak 63 poin atau setara 0,42 persen dari posisi Rp15.102 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 63 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 80 poin di level Rp15.165 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.102 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.

Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.160 per USD. Rupiah melemah 66 poin atau setara 0,43 persen dari Rp15.094 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.171 per USD. Mata uang Garuda tersebut tergelincir sebesar 79 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp15.092 per USD.
 
Baca juga: Yah! Rupiah Kemarin Menguat Banyak, Sekarang Malah Tersandung
 

Menanti kebijakan fiskal pemerintah baru


Ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level 5,2 persen pada tahun ini dan berada di level 5,3 persen pada 2025. Pertumbuhan ini akan didorong oleh kebijakan fiskal  yang strategis dan tepat sasaran, serta pendalaman finansial di tengah meningkatnya tantangan di tingkat global.
 
"Pemerintahan baru Prabowo-Gibran nantinya dapat menerapkan kebijakan fiskal yang berdampak besar, di antaranya berfokus pada infrastruktur, hilirisasi, dan sektor teknologi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih kuat dan berkelanjutan," jelas Ibrahim.
 
Selama ini pertumbuhan positif perekonomian nasional masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang menyumbang setengah dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, para ekonom optimis Indonesia masih memiliki peluang pertumbuhan yang belum dimanfaatkan melalui investasi bernilai tambah dan kebijakan fiskal strategis yang mendorong produktivitas dan ekspansi ekonomi.
 
Dari sisi eksternal, menurut dia, aliran investasi asing langsung (FDI) yang stabil dan surplus perdagangan yang kuat sejak 2020 akan semakin mendorong pertumbuhan dan memperluas basis ekonomi.
 
Komitmen yang kuat terhadap kebijakan fiskal, pasar finansial yang mendalam, dan reformasi struktural. Maka akan berdampak terhadap menguatnya  nilai tukar rupiah ke depan.
 
"Didukung oleh capital flow (dana asing masuk) ke Indonesia, Fed Fund Rate (FFR) yang menurun, serta balance sheet (neraca keuangan) yang baik dan terjaga di dalam negeri," jelas Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan