Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: MI/Rommy Pujianto.
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: MI/Rommy Pujianto.

Gara-gara Inflasi Melonjak, BI Roman-romannya Bakal Kerek Suku Bunga Nih..

M Ilham Ramadhan • 22 September 2022 08:47
Jakarta: Ekonom sekaligus Dewan Pakar Institute of Social Economics and Digital (ISED) Ryan Kiryanto memperkirakan Bank Indonesia (BI) bakal kembali menaikan BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 4,0 persen dalam Rapat Dewan Gubernur kali ini.
 
Hal itu menurutnya potensial dilakukan bank sentral sejalan dengan tujuan BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi di kisaran dua persen sampai empat persen.
 
"Itu juga untuk tetap dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," kata Ryan melalui keterangan resminya, Kamis, 22 September 2022.

Dia menambahkan, dengan inflasi tahunan (yoy) per Agustus yang sebesar 4,69 persen dan inflasi September berkisar 5,9 persen serta ekspektasi inflasi sepanjang 2022 sebesar 5,24 persen, maka kenaikan BI7DRRR sebesar 25 bps merupakan opsi keputusan yang tepat.
 
Dorongan inflasi Agustus dan September dipicu oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan efek ikutannya pada kenaikan tarif angkutan umum dan harga barang-barang kebutuhan pokok.
 
Lebih lanjut, menurut Ryan, hal itu meningkatkan ekspektasi inflasi di 2022 yang akan melampaui target yang dua persen hingga empat persen versi BI dan tiga persen versi pemerintah atau asumsi APBN 2022.
 
"Jadi pendorong kenaikan BI Rate mutlak karena adanya kenaikan realisasi inflasi hingga akhir bulan ini ditambah kenaikan ekspektasi pascakenaikan harga BBM," jelasnya.
 
Baca juga: Waduh.. Inflasi Bisa Naik 4,6% Gara-gara Kenaikan Harga BBM

 
Selain itu, terdapat faktor eksternal yang kemungkinan menjadi pertimbangan tambahan, yaitu konsensus perkiraan kenaikan suku bunga oleh The Fed (FFR) yang agresif sebesar 75 bps pada pertemuan FOMC September ini menjadi 4-4,25 bps untuk mengerem laju inflasi yang tinggi di level 8,3 persen di Agustus lalu.
 
Dengan demikian, kata Ryan, ruang bagi BI untuk menahan BI rate tampak tipis. Karenanya, berdasarkan pertimbangan domestik dan eksternal, RDG BI yang menaikkan BI Rate 25 bps merupakan keputusan tepat.
 
Besaran kenaikan 25 bps tersebut menjadi ukuran atau takaran yang tepat, melanjutkan kenaikan RDG BI bulan Agustus lalu dengan besaran yang sama. "Sekaligus ini memberikan sinyal keputusan tersebut betul-betul hati-hati, preemptive dan cenderung masih pro pertumbuhan," kata Ryan.
 
"Kalau pun sektor perbankan kemudian akan juga menyesuaikan suku bunga simpanan dan kreditnya, hal itu merupakan respons kebijakan yang lumrah atau wajar sesuai dengan mekanisme pasar," imbuhnya.
 
Ryan juga mengatakan, pernyataan BI yang akan selalu memantau perkembangan pasar serta perekonomian global dan domestik memberikan garansi bank sentral selalu ada di pasar. "Kebijakannya yang ahead the curve (antisipatif dan pre-emptive), ini meningkatkan kepercayaan pasar," pungkas dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan