Jakarta: PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI dikabarkan akan melakukan rights issue pada kuartal III-2022. Analis pasar modal menilai kinerja secara fundamental yang apik dari bank syariah terbesar di Indonesia tersebut dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi investor untuk menyerap saham baru BRIS.
Pengamat pasar modal Reza Priyambada mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh investor bila hendak menyerap saham baru emiten berkode BRIS itu.
“Pertimbangan pertama kinerja BSI bagus, artinya secara fundamental ini perusahaan sehat,” katanya, dikutip Selasa, 9 Agustus 2022.
Ia juga menjelaskan, BSI membukukan pertumbuhan laba signifikan per Juni 2022. Mengutip dari paparan kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI selaku pemegang saham mayoritas, BSI membukukan laba Rp2,12 triliun atau naik lebih dari 40 persen secara tahunan (year on year/yoy)
Selain itu, penyaluran pembiayaan BSI juga naik 18,5 persen yoy menjadi Rp191 triliun.
Dengan demikian, kata Reza, harga saham baru akan menjadi menarik, karena lazimnya ditawarkan di bawah harga pasar yang berlaku.
Pengamat pasar modal Reza Priyambada mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh investor bila hendak menyerap saham baru emiten berkode BRIS itu.
“Pertimbangan pertama kinerja BSI bagus, artinya secara fundamental ini perusahaan sehat,” katanya, dikutip Selasa, 9 Agustus 2022.
Baca juga: Konsolidasi BSI & UUS BTN Perkuat Fokus Bank Pemerintah |
Ia juga menjelaskan, BSI membukukan pertumbuhan laba signifikan per Juni 2022. Mengutip dari paparan kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI selaku pemegang saham mayoritas, BSI membukukan laba Rp2,12 triliun atau naik lebih dari 40 persen secara tahunan (year on year/yoy)
Selain itu, penyaluran pembiayaan BSI juga naik 18,5 persen yoy menjadi Rp191 triliun.
Dengan demikian, kata Reza, harga saham baru akan menjadi menarik, karena lazimnya ditawarkan di bawah harga pasar yang berlaku.
Reza juga menambahkan pertimbangan lain adalah likuiditas saham di pasar. Dengan bertambahnya kepemilikan publik, artinya saham BRIS akan berpotensi semakin banyak ditransaksikan dalam satu waktu.
Adapun likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi suatu saham dalam suatu periode tertentu. Semakin tinggi jumlah transaksi, berarti semakin tinggi pula tingkat likuiditas saham tersebut.
Seperti diketahui, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo sebelumnya mengatakan target dana yang akan diincar dalam rights issue BSI adalah sebesar Rp5 triliun.
Aksi korporasi tersebut dilakukan untuk memenuhi aturan free float dan ekspansi bisnis BSI. Adapun, batas minimal free float atau saham publik yang beredar sebesar 7,5 persen, sedangkan kepemilikan publik di BRIS 7,08 persen.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa, 9 Agustus 2022, saham BRIS bertengger pada level Rp1.580, setelah sebelumnya sempat terjun ke Rp1.285 pada awal Juli 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News