Menara Astra. Foto: Dokumen Astra International
Menara Astra. Foto: Dokumen Astra International

Pemulihan Ekonomi dan Harga Komoditas Kerek Laba Bersih Astra Menjadi Rp23,33 Triliun

Annisa ayu artanti • 31 Oktober 2022 17:53
Jakarta: Emiten PT Astra International Tbk (ASII) mencatat kinerja di sembilan bulan pertama 2022 cukup baik. Laba bersih per 30 September 2022 tercatat Rp23,33 triliun.
 
Capaian tersebut meningkat 56 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp14,97 miliar.
 
"Kinerja grup sepanjang sembilan bulan pertama 2022 cukup baik, terutama didukung oleh pemulihan ekonomi dan harga komoditas yang lebih tinggi," kata Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro dalam keterangan tertulisnya, Senin, 31 Oktober 2022.

Perolehan laba tersebut disokong oleh pendapatan bersih konsolidasian pada sembilan bulan pertama 2022 sebesar Rp221,4 triliun, meningkat 32 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
 
Djony menjelaskan, laba bersih Grup, tanpa memperhitungkan keuntungan nilai wajar atas investasi pada GoTo, mencapai Rp22,2 triliun, 49 persen lebih tinggi dari sembilan bulan pertama 2021.
 
Baca juga: Jadi Bank Digital, Astra-WeLab Akuisisi Bank Jasa Jakarta Rogoh Dana USD500 Juta

Adapun, jika memperhitungkan keuntungan nilai wajar tersebut, laba bersih grup meningkat sebesar 56 persen menjadi Rp23,3 triliun. Menurutnya, peningkatan ini mencerminkan kinerja yang lebih baik dari hampir semua divisi bisnis, terutama divisi alat berat dan pertambangan, otomotif, dan jasa keuangan grup.
 
Nilai aset bersih per saham pada 30 September 2022 sebesar Rp4.674. Angka tersebut naik 10 persen lebih tinggi dibandingkan pada 31 Desember 2021.
 
Sedangkan untuk kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan grup mencapai Rp37,1 triliun pada 30 September 2022, dibandingkan dengan Rp30,7 triliun pada akhir 2021.
 
Sementara untuk utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup mencapai Rp41,5 triliun pada 30 September 2022 dibandingkan dengan Rp39,2 triliun pada akhir 2021.
 
"Kinerja bisnis pada sisa tahun ini diperkirakan akan tetap baik. Namun, prospek bisnis ke depan dapat menghadapi tantangan yang disebabkan oleh tingkat inflasi yang lebih tinggi, meningkatnya suku bunga dan tekanan ekonomi makro global," jelasnya.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
                                                      
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan