Mengutip data Bloomberg, Jumat, 6 September 2024, rupiah hingga pukul 9.30 WIB berada di level Rp15.378 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 23 poin atau setara 0,15 persen dari Rp15.401 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp15.374 per USD, menguat sebanyak 20 poin atau setara 0,12 persen dari Rp15.394 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis ICDX Taufan Dimas Hareva menyebut penguatan rupiah mengalami penguatan akibat jumlah lowongan pekerjaan di Amerika Serikat (AS) yang melemah ke level terendah dalam tiga setengah tahun terakhir, berdasarkan data terkini untuk Juli kemarin.
Perkembangan data lowongan pekerjaan tersebut menandakan pasar ketenagakerjaan AS cenderung belum menunjukkan pemulihan karena jumlah permintaan terhadap tenaga kerja yang semakin berkurang.
"Hal ini menjadi sentimen positif bagi spekulasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang bertujuan untuk mendorong pasar ketenagakerjaan untuk dapat meningkatkan jumlah pembukaan pekerjaan baru dalam kecepatan yang stabil dan terjadi secara berkelanjutan," ujar Taufan.
Baca juga: Menguat Banyak di Kamis Pagi, Rupiah Nyaris Sentuh Level Rp15.300-an |
Lowongan pekerjaan AS turun 237 ribu
Laporan Job Openings and Labour Turnover Survey (JOLTS) yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada Rabu (4/9) menyatakan jumlah lowongan pekerjaan untuk Juli 2024 turun sebesar 237 ribu, yaitu berada di angka 7,673 juta. Penurunan tersebut cenderung lebih besar dari perkiraan dan menunjukkan level terendah sejak Januari 2021.
Pada saat yang sama, jumlah layoff di AS meningkat sebesar 202 ribu, yaitu berada di angka 1,762 juta. Peningkatan tersebut menjadi yang terbesar sejak Maret 2023, utamanya akibat adanya kenaikan dalam jumlah layoff di sektor akomodasi dan jasa makanan sebesar 75 ribu.
Saat ini, pasar ketenagakerjaan menjadi fokus utama dari para investor dan pembuat kebijakan menyusul kenaikan tingkat pengangguran selama empat bulan berturut-turut, terutama pada Juli 2024 yang berada di level tertinggi sejak November 2021, yaitu sebesar 4,3 persen.
Hal tersebut kembali memunculkan kekhawatiran akan adanya resesi di AS sehingga menjadi sentimen positif bagi peningkatan harga rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News