Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi
Ilustrasi. Foto: MI/Adam Dwi

Menguat Banyak di Kamis Pagi, Rupiah Nyaris Sentuh Level Rp15.300-an

Husen Miftahudin • 05 September 2024 09:58
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan secara signifikan.
 
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 5 September 2024, rupiah hingga pukul 9.32 WIB berada di level Rp15.403 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik sebanyak 76 poin atau setara 0,49 persen dari Rp15.479 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp15.389 per USD, menguat sebanyak 80 poin atau setara 0,51 persen dari Rp15.469 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali menguat.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.400 per USD hingga Rp15.520 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
 
Baca juga: Rupiah Naik Seiring dengan Inflasi Indonesia Sejalan Ekspektasi Pasar
 

Data inflasi Agustus direspons positif


Pasar merespons positif data inflasi Agustus 2024 yang tercatat 2,12 persen year on year (yoy), bergerak stabil didorong oleh penurunan sebagian besar harga pangan. Meski demikian, pemerintah mewaspadai potensi risiko musim kemarau yang dapat berdampak pada komoditas beras.
 
Inflasi harga diatur pemerintah, tercatat mengalami kenaikan, yaitu menjadi sebesar 1,68 persen (yoy) didorong oleh kenaikan harga BBM nonsubsidi dan rokok. Sementara itu, inflasi harga bergejolak melanjutkan tren penurunan, tercatat 3,04 persen (yoy).
 
"Penurunan harga pangan terutama didorong oleh pasokan yang melimpah seiring dengan masa panen serta turunnya biaya produksi seperti pakan jagung," papar Ibrahim.
 
Sebelumnya, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2024 tercatat pada level 48,9. Hal ini tidak terlepas dari menurunnya kinerja sektor manufaktur global di tengah tekanan permintaan.
 
Adapun aktivitas manufaktur negara mitra dagang dan kawasan ASEAN juga mengalami tantangan yang sama, antara lain Amerika Serikat sebesar 48,0 dan Jepang 49,8. Negara tetangga seperti Malaysia dan Australia juga kembali mencatatkan PMI manufaktur yang terkontraksi masing-masing pada level 49,7 dan 48,5. 
 
Di tengah perlambatan PMI Indonesia, optimisme masih terjaga dengan kinerja sejumlah leading industri di tanah air. Industri makanan dan minuman serta kimia farmasi hingga triwulan II lalu konsisten tumbuh di atas lima persen.
 
"Bahkan, industri logam dasar tumbuh hingga 18,1 persen seiring proses hilirisasi yang semakin menunjukkan hasil," terang Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan