Mengutip data Bloomberg, Selasa, 23 April 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.220 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 17 poin atau setara 0,10 persen dari posisi Rp16.237 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 17 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 15 poin di level Rp16.220 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.237 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.215 per USD. Rupiah naik 14 poin atau setara 0,09 persen dari Rp16.229 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.244 per USD. Mata uang Garuda tersebut justru melemah sebanyak 20 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp16.224 per USD.
Baca juga: Selasa Pagi, Rupiah Masih Punya Sisa Stamina untuk Lebih Kuat |
Dolar AS masih perkasa
Ibrahim menuturkan, dolar AS masih berada di dekat level tertinggi dalam lima bulan terakhir yang dicapai pada awal April, karena memudarnya ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed sehingga membuat para pedagang semakin banyak berinvestasi pada greenback.
"Gagasan ini membuat sebagian besar mata uang Asia berada di bawah tekanan," ucap Ibrahim menjelaskan.
Selain itu, para menteri luar negeri Uni Eropa pada Senin secara prinsip sepakat untuk memperluas sanksi terhadap Iran setelah serangan rudal dan pesawat tak berawak Teheran terhadap Israel.
Pasukan Israel berjuang untuk kembali ke bagian timur Khan Younis dalam sebuah serangan mendadak, yang menyebabkan orang-orang yang telah kembali ke rumah-rumah yang ditinggalkan di reruntuhan kota utama Jalur Gaza selatan melarikan diri sekali lagi.
"Investor sedang menunggu rilis angka produk domestik bruto AS dan data pengeluaran konsumsi pribadi Maret 2024 sebagai ukuran inflasi pilihan The Fed pada akhir pekan ini untuk menilai arah kebijakan moneter," tutur Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News