Mengutip data Bloomberg, Jumat, 22 Maret 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.783 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 114 poin atau setara 0,73 persen dari posisi Rp15.669 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 114 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 120 poin di level Rp15.7873 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.669 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.775 per USD. Rupiah turun hingga 122 poin atau setara 0,77 persen dari Rp15.653 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.773 per USD. Mata uang Garuda tersebut juga mengalami pelemahan sebanyak 111 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.662 per USD.
Baca juga: Sehabis Menguat, Rupiah Malah Balik Dipukul Dolar AS hingga Babak Belur Pagi Ini |
Kegiatan investasi mulai meningkat pasca-Pemilu
Ibrahim mengungkapkan, kegiatan investasi pasca-Pemilu 2024 sudah mulai meningkat dan investor sudah tak lagi wait and see, terutama pada perusahaan-perusahaan yang mempunyai suatu kegiatan ekonomi, kegiatan bisnis yang terus meningkat, seperti sales, salesnya mulai tinggi.
Sedangkan, pola kegiatan belanja modal (capital expenditure) sudah mulai meningkat secara signifikan setelah sempat mengalami penurunan. Adapun peningkatan investasi terjadi pada sejumlah perusahaan di sektor tertentu, yakni sektor makanan minuman, perdagangan besar, transportasi, komunikasi, serta horeca (hotel, restoran dan cafe).
"Selain itu, sektor ekspor yang berkaitan dengan hilirisasi maupun minerba juga terus mengalami meningkat. Sehingga pertumbuhan ekonomi 2024 diyakini masih 4,7 persen sampai 5,5 persen atau mid point di level 5,1 persen," tutur Ibrahim.
Adapun, pada Februari 2024, kredit tumbuh tinggi sebesar 11,28 persen secara tahunan atau year on year (yoy), terutama pada sektor Pertanian, Pertambangan, Konstruksi, Perdagangan, Jasa Sosial, dan Jasa Dunia Usaha.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja rumah tangga dan korporasi yang diperkirakan terus meningkat pasca-Pemilu. Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi masing-masing sebesar 11,82 persen (yoy), 12,04 persen (yoy), dan 9,70 persen (yoy).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News