Mengutip data Bloomberg, Jumat, 15 Maret 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.599 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 19 poin atau setara 0,12 persen dari posisi Rp15.580 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 19 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 60 poin di level Rp15.599 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.580 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp15.590 per USD. Rupiah turun 16 poin atau setara 0,10 persen dari Rp15.574 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp15.624 per USD. Mata uang Garuda tersebut juga mengalami pelemahan sebanyak 42 poin dari perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.582 per USD.
Adapun pada perdagangan pagi rupiah dibuka tergelincir 45 poin atau 0,29 persen menjadi Rp15.625 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.580 per USD.
Baca juga: Indonesia Cetak Surplus Neraca Perdagangan Lagi, Rekor 46 Bulan Berturut-turut! |
Indonesia cetak surplus perdagangan lagi
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2024 mengalami surplus USD0,87 miliar. Sedangkan secara kumulatif, neraca perdagangan mencapai USD2,87 miliar dolar.
"Walaupun terjadi surplus, namun NPI (Neraca Perdagangan Indonesia) mengalami penurunan USD6,42 miliar dibandingkan periode yang sama Januari-Februari 2023," ujar Ibrahim.
Adapun, surplus neraca perdagangan Indonesia Februari 2024 terutama berasal dari sektor nonmigas USD2,63 miliar. Namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai USD1,76 miliar.
Sementara itu nilai ekspor nasional pada Februari 2024 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspor Indonesia turun menjadi USD19,31 miliar atau 5,79 persen (mtm) dibandingkan Januari 2024. Ekspor migas tercatat USD1,22 miliar atau turun 12,93 persen, dan nilai ekspor non migas turun 5,72 persen menjadi USD18.09 miliar.
Penurunan ekspor pada Februari 2024 didorong oleh penurunan ekspor non migas, utamanya pada komoditas besi dan baja dengan andil penurunan sebesar 3,26 persen. Selanjutnya, lemak dan minyak hewani nabati dengan andil penurunan sebesar 2,60 persen, serta logam mulia dan perhiasan permata dengan andil penurunan sebesar 0,60 persen.
Kemudian, penurunan ekspor non migas didorong oleh penurunan nilai ekspor gas. Tercatat komoditas ini memberikan andil penurunan sebesar 1,58 persen. Secara tahunan, nilai ekspor Februari 2024 mengalami penurunan sebesar 9,45 persen.
Sementara itu, pada periode yang sama nilai impor Indonesia Februari 2024 mencapai USD18,44 miliar, turun 0,29 persen dibandingkan Januari 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News