"Data ekonomi akan menjadi penggerak pasar pekan ini, khususnya dari Amerika dan Tiongkok," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Senin, 10 Juli 2023.
Pada pekan ini data ketenagakerjaan AS yang pekan lalu keluar, akan terkonfirmasi kembali. Dari AS, akan muncul dua data yang akan dinanti, yaitu data pengangguran dan inflasi. Untuk data pengangguran, diproyeksikan mengalami penurunan, dari 3,7 persen menjadi 3,6 persen.
Hal ini semakin membuktikan data ketenagakerjaan AS kian solid, yang membuat situasi dan kondisi dari ruang kenaikan tingkat suku bunga AS Fed Fund Rate semakin terbuka lebar.
Di sisi lain, kondisi akan tertolong dengan data inflasi AS secara tahunan (yoy) yang diproyeksikan turun, dari 4,0 persen, mungkin akan menjadi 3,0 persen sampai 3,5 persen.
Sayangnya hal ini tidak lah cukup. Bank sentral AS The Fed masih menanti data inflasi inti yang diproyeksikan kembali turun dari 5,3 persen, menjadi 5,0 persen.
Harapannya inflasi inti dapat turun di bawah 5,0 persen. Baru kemudian ini bisa yang membuat The Fed berpikir ulang untuk menaikkan tingkat suku bunga.
Data ekonomi AS bikin jantung investor 'deg-degan'
Saat ini data perekonomian di AS telah membuat pelaku pasar dan investor kian semakin berhati-hati dalam mengambil langkah agar tidak tergocek oleh data ekonomi yang ada.
Sebab data ekonomi AS akan membuat pelaku pasar dan investor dapat menghitung ulang terkait dengan potensi resesi yang akan terjadi.
Menteri Keuangan Janet Yellen juga tidak mengesampingkan potensi resesi. Dia mengatakan hal itu tepat dan normal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang moderat karena inflasi terlalu tinggi.
Risiko resesi tidak sepenuhnya hilang, meski pertumbuhan pekerjaan melambat seperti yang diharapkan. Yellen mengatakan AS memiliki perekonomian yang sehat, pasar tenaga kerja yang hebat, dan inflasi yang tinggi yang menjadi perhatian pemerintah, namun seiring dengan waktu, inflasi akan turun.
Harapan dan keyakinan Yellen adalah akan ada jalan untuk dapat menurunkan inflasi dalam konteks pasar tenaga kerja yang sehat. Data telah menunjukkan bahwa Amerika berada di jalur tersebut.
Yang membuat harapan itu tetap ada, setelah data ADP Employment Change yang membuat panik pasar, data Change in Nonfarm Payrolls Amerika tumbuh di bawah proyeksi. Sehingga pasar kembali tenang.
Baca juga: Yellen Sebut Hubungan AS dan Tiongkok Alami Kemajuan |
Pertemuan Yellen dengan Tiongkok
Tidak hanya itu, pelaku pasar pekan ini juga mendapatkan angin baru dari pertemuan Yellen dengan Tiongkok pekan lalu. Yellen menyampaikan nada yang sangat positif namun pragmatis.
Pertemuan selama empat hari tersebut untuk menghidupkan kembali keharmonisan antara Amerika dengan Tiongkok menjadi perhatian pelaku pasar dan investor, khususnya di tengah perlambatan ekonomi Tiongkok.
Yellen mengadakan pertemuan dengan Tiongkok kurang lebih selama 10 jam untuk melakukan diskusi, yang digambarkan sebagai sesuatu yang direct, substantif, dan produktif.
Pertemuan kemarin telah memberikan harapan akan hubungan AS dan Tiongkok lebih kuat dengan pijakan yang lebih pasti. Khususnya, setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang, dengan Yellen mendapatkan gambaran yang lebih luas dan dalam terkait dengan hubungan Amerika dan Tiongkok.
Yellen juga bertemu dengan Menteri Keuangan Tiongkok, Liu Kun. Keduanya bertukar pandangan terkait dengan situasi dan ekonomi kedua negara, serta bagaimana menjawab tantangan global.
Data penting lainnya yang akan pasar dan investor nantikan datang dari Tiongkok, yaitu data ekspor dan impor secara tahunan (yoy) dan neraca perdagangan.
"Ekspor Tiongkok diproyeksikan kembali turun bahkan lebih dalam dari sebelumnya, yang membuat Tiongkok semakin berada di posisi yang sulit," kata Nico.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok kuartal II-2023 juga berpotensi diproyeksikan akan meningkat pada kuartal II-2023 (yoy), meski secara antar kuartal (QoQ) kuartal II-2023 akan kembali turun hingga di bawah satu persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News