Mengutip data Bloomberg, Jumat, 28 Oktober 2022, nilai tukar rupiah terhadap USD berada di level Rp15.563 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik tipis empat poin atau setara 0,03 persen dari posisi Rp15.567 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Adapun rentang gerak rupiah berada di kisaran Rp15.557 per USD hingga Rp15.566 per USD. Sementara year to date (ytd) return terpantau sebesar 9,09 persen.
Data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah bertaji di hadapan mata uang Negeri Paman Sam. Rupiah bertengger di posisi Rp15.550 per USD, naik 15 poin atau 0,09 persen dari Rp15.565 per USD.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Mata uang Garuda pada penutupan perdagangan hari ini diperkirakan menguat.
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.550 per USD hingga Rp15.590 per USD," jelasnya.
Penguatan rupiah ini didorong oleh sentimen dolar AS yang mendekati level terendah lebih dari satu bulan terhadap sekeranjang mata uang di tengah meningkatnya harapan Federal Reserve AS akan beralih ke kenaikan suku bunga yang kurang agresif untuk meredam risiko resesi.
"Menjelang pertemuan FOMC minggu depan, pasar masih mengharapkan kenaikan 75 basis poin (bps), meskipun sentimen membangun bahwa Fed akan memilih kenaikan yang lebih kecil pada Desember," tuturnya.
Baca juga: Rupiah Berpotensi Menguat di Tengah Isu Perlambatan Kenaikan Bunga Fed |
Data perumahan yang dirilis minggu ini menunjukkan bahwa harga rumah keluarga tunggal AS merosot pada Agustus dan penjualan rumah keluarga tunggal baru AS turun pada September. Hal ini menurut Ibrahim memberikan lebih banyak bukti bahwa siklus pengetatan agresif Fed sudah memperlambat ekonomi.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2022 akan mencapai 5,5 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi kuartal kedua 2022 yang tumbuh 5,44 persen (yoy). Target pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga 2022 yang dinilai masih kuat tersebut karena melihat produksi dan konsumsi masyarakat yang masih meningkat di tengah pemulihan ekonomi.
Adapun dari data BI, hingga Agustus 2022 kredit perbankan tumbuh 10,62 persen (yoy), mencakup kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi. Selain itu, sektor produksi yang juga menyumbang perekonomian tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang pada Agustus 2022 mencapai level 51,7, naik tipis dari posisi Juli yang sebesar 51,3. Artinya industri manufaktur di dalam negeri dalam posisi ekspansi.
Konsumsi masyarakat juga meneruskan keyakinan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus 2022 yang berada pada level 124,7, meningkat dibandingkan Juli yang berada pada level 123,2. Posisi IKK yang berada di atas level 100 menunjukkan konsumen berada di zona optimistis.
"Meskipun terdapat kenaikan harga BBM bersubsidi dan pertamax pada September, konsumsi masyarakat juga terjaga. Apalagi pemerintah juga mengalokasikan anggaran belanja bantuan sosial untuk kelompok rentan di dalam negeri, yang berjumlah Rp24 triliun untuk memitigasi dampak kenaikan inflasi, sehingga bisa menopang konsumsi kelompok masyarakat kelas bawah," tutup Ibrahim.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News