Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah utamanya disebabkan oleh kenaikan dolar AS, setelah data menunjukkan kenaikan mengejutkan di industri jasa AS pada Juli. Ditambah juga dengan komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve yang mendukung greenback.
"Membantu dolar minggu ini telah menjadi penilaian ulang kemungkinan Federal Reserve untuk mempertahankan sikap pengetatan moneter yang agresif di tengah data ekonomi yang masuk akal dan komentar hawkish dari sejumlah pembuat kebijakan," ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya, Kamis, 4 Agustus 2022.
Data menunjukkan industri jasa AS secara tak terduga meningkat pada Juli di tengah pertumbuhan pesanan yang kuat. Hal ini mendukung pandangan ekonomi tidak dalam resesi, meskipun output merosot pada paruh pertama tahun ini.
Selain itu, sejumlah pembuat kebijakan Fed, termasuk Presiden Fed San Francisco Mary Daly dan Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari, telah tertarik untuk menekankan perjuangan mengendalikan inflasi yang melonjak yang terus berlanjut. Bahkan jika terkait kenaikan suku bunga, dapat secara signifikan membatasi kegiatan ekonomi.
"Di sisi lain, bank sentral Inggris diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 1,75 persen, level tertinggi sejak akhir 2008 pada awal krisis keuangan global," paparnya.
Baca juga: Yah, Rupiah Melemah Lagi ke Rp14.933/USD |
Dari dalam negeri, pelaku pasar terus memantau perkembangan utang Indonesia yang tengah mengalami kenaikan. Walaupun, pemerintah memastikan utang negara sebesar Rp7.123 triliun masih dalam batas yang aman dan wajar.
Jumlah utang tersebut sebenarnya meningkat Rp121 triliun dibanding Mei 2022 sebesar Rp7.002 triliun. Sedangkan rasio utang terhadap PDB dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal.
"Walaupun pemerintah memberikan sinyal aman terhadap utang pemerintah namun pelaku pasar sedikit goyah, karena kondisi pasar global yang terus tertekan akibat resesi teknikal di beberapa benua, salah satunya AS dan Eropa serta ketegangan Tiongkok dan Taiwan akibat kedatangan Pelosi," terang Ibrahim.
Ibrahim memprediksi, rupiah pada perdagangan besok depan akan bergerak secara fluktuatif. Meski demikian mata uang Garuda tersebut diprediksi ditutup masih melemah.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp14.920 per USD sampai Rp14.970 per USD," tutup Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News