Mata uang rupiah. Foto : MI.
Mata uang rupiah. Foto : MI.

Rupiah Pagi Ini Perkasa!

Arif Wicaksono • 14 Agustus 2024 10:17
Jakarta: Laju rupiah menguat pada pembukaan perdagangan hari ini. Rupiah menguat setelah data terbaru inflasi produsen Amerika Serikat (AS) yang berada di bawah ekspektasi analis.
 
baca juga: Jelang Rilis Data Inflasi AS, Rupiah Makin Strong

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi menguat 127 poin atau 0,80 persen menjadi Rp15.706 per USD  dari sebelumnya sebesar Rp15.833 per USD.
 
Rupiah menguat setelah pertumbuhan harga produsen Amerika Serikat (AS) melambat lebih dari yang diperkirakan pada skala tahunan pada periode Juli 2024, dan menjadi tanda terbaru dari berkurangnya tekanan inflasi di negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini.
 
baca juga:

Rupiah Menguat di Level Rp15.800-an per USD


Melansir Investing.com, Rabu, 14 Agustus 2024, indeks harga produsen untuk permintaan akhir tumbuh 2,2 persen per tahun pada bulan lalu, turun dari revisi 2,7 persen di Juni, menurut data Departemen Tenaga Kerja. Para ekonom telah menyerukan penurunan menjadi 2,3 persen.
 
Secara bulanan, angka PPI naik 0,1 persen, kurang dari yang diharapkan dan di bawah pertumbuhan 0,2 persen yang terlihat pada Juni.

Dolar pun tetap melemah pada perdagangan Rabu setelah jatuh terhadap mata uang utama lainnya semalam karena pembacaan yang baik untuk harga produsen AS.

Penurunan suku bunga

Menurut FedWatch Tool milik CME para pedagang sudah yakin Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan menurunkan suku bunga pada pertemuannya di September sebelum data harga produsen, tetapi meningkatkan taruhan untuk pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 53,5 persen dari 50 persen sehari sebelumnya.
 
Analis Commonwealth Bank of Australia memperkirakan dolar AS akan berada dalam pola bertahan sebelum rilis data CPI AS, tetapi kemudian melihat risiko cenderung melemah lebih lanjut.
 
"Kami memperkirakan pasar akan menggandakan pemotongan suku bunga besar-besaran oleh FOMC tahun ini jika CPI inti meningkat sebesar 0,1 persen/bulan atau kurang, (sementara) kami memperkirakan pasar akan sangat meremehkan CPI inti jika meningkat sebesar 0,2 persen/bulan atau 0,3 persen/bulan," tulis Seorang ahli strategi mata uang di CBA Carol Kong.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan