Sementara para pejabat Tiongkok mengatakan, lebih banyak negara berminat bergabung dengan blok perdagangan yang dipimpin Tiongkok setelah kemenangan pemilu Donald Trump menimbulkan kekhawatiran bahwa Amerika Serikat (AS) akan membatalkan kesepakatan perdagangan bebas.
Trump berkampanye untuk presiden AS dengan menarik diri dari kesepakatan perdagangan 12 negara Trans-Pacific Partnership (TPP). Dia juga mengancam akan memberlakukan tarif tinggi atas Cina dan Meksiko.
Baca : APEC, Indonesia Fokus Kembangkan Perdagangan Jasa
Para pemimpin regional merespons, bersikukuh akan terus maju dengan TPP seperti dilansir Reuters, Minggu (20/11/2016).
"Kami menegaskan kembali komitmen untuk menjaga pasar terbuka dan untuk melawan segala bentuk proteksionisme," kata mereka pada pertemuan puncak kelompok 21 negara Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Peru.
Sebelum meninggalkan Gedung Putih pada Januari 2017, Presiden Barack Obama berkata, meninggalkan TPP akan menjadi kesalahan bagi AS.
"Saya pikir tidak bergerak maju akan melemahkan posisi kami di seluruh wilayah dan kemampuan kita untuk membentuk aturan perdagangan global dengan cara yang mencerminkan nilai-nilai dan kepentingan kita," kata Obama dalam konferensi pers di akhir KTT.
Obama menegosiasikan TPP tetapi sudah berhenti mencari persetujuan kongres dan mengatakan sekarang meratifikasinya hingga pemerintahan Trump dimulai.
Tiongkok bukan bagian dari TPP dan telah mendorong visi alternatif perdagangan bebas di Asia di bawah tajuk Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), yang saat ini tidak termasuk negara-negara di Amerika.
Tan Jian, seorang anggota senior delegasi Tiongkok di KTT, mengatakan, lebih banyak negara sekarang berminat bergabung dengan blok beranggota 16 negara, termasuk Peru dan Chile, dan bahwa anggota blok itu saat ini ingin mencapai kesepakatan sesegera mungkin demi melawan meningkatnya proteksionisme.
Dalam deklarasi final, para pemimpin APEC mengatakan TPP dan RCEP keduanya jalan yang sah untuk lebih meluaskan zona perdagangan bebas di kawasan Asia-Pasifik, yang telah lama menjadi tujuan dari blok APEC yang menyumbang 57 persen dari ekonomi dunia.
"Kami mendorong semua usaha regional, termasuk TPP dan RCEP, tetap terbuka, transparan, inklusif, dan menarik satu sama lain," kata mereka.
Beberapa pemimpin APEC di Lima telah menyarankan TPP bisa berlanjut tanpa AS, tetapi yang lain mengatakan, bahwa itu akan memerlukan rundingan ulang secara lengkap.
Cara lain yang diajukan mungkin memoles beberapa perubahan yang akan memungkinkan Trump untuk mengubah pikirannya atas TPP tanpa kehilangan muka, seperti disarankan Perdana Menteri Selandia Baru John Key.
baca : Pemimpin APEC Pertahankan Perdagangan Bebas Usai Trump Menang
Obama mengaku sudah mendengar seruan perjanjian perdagangan bebas yang kurang ambisius dengan perlindungan yang lebih sedikit untuk para pekerja dan standar lingkungan, layaknya referensi RCEP yang dipimpin Tiongkok.
"Kesepakatan semacam itu jelas akan mengecualikan tenaga pekerja AS, bisnis, dan akses ke pasar-pasar," katanya.
Delegasi Tiongkok memperingatkan adanya politisasi perjanjian perdagangan dan mengatakan mestinya tidak hanya menguntungkan bagi negara-negara kaya.
"Jika Anda memiliki standar tinggi seperti itu, maka negara-negara berkembang akan mengalami kesulitan dengan perdagangan," kata Jian kepada Reuters.
Presiden Peru Pedro Pablo Kuczynski, yang menjadi tuan rumah KTT, mengatakan masih terlalu dini untuk menghapuskan TPP dan bahwa dukungan Trump lebih karena kondisi ekonomi yang sulit daripada sentimen sengit proteksionis.
Kanada, anggota TPP tapi bukan RCEP, menjaga opsi terbuka soal transaksi perdagangan masa depan, menurut Perdana Menteri Justin Trudeau.
Australia, sama saja, mengatakan akan memburu berbagai peluang, termasuk RCEP.
"Ya, seperti yang telah saya tunjukkan sebelumnya, Australia tidak menaruh semua telur di satu keranjang," kata Menteri Perdagangan Steven Ciobo kepada wartawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News