Malah, dia ragu jika Trump betul-betul membuat Amerika Serikat keluar dari TPP. Pasalnya, kata Faisal, ekspor Negeri Paman Sam itu paling besar disalurkan ke Asia Pasifik dibandingkan dengan ke Eropa atau negara lainnya. Jadi, menurut Faisal, tidak mungkin Trump melepas hubungan dagang dengan negara-negara Asia Pasifik.
"Ingat, AS itu negara terbuka, bukan negara otoriter. Masa dia mau musuhin kita? Tidak realistis. TPP juga mulai mikir-mikir, kalau tidak rangkul Asia Pasifik, ekspor AS jeblok dong," kata Faisal, di Jakarta, Senin 23 Januari.
Baca: Wall Street Bergerak Rendah Usai Pernyataan Trump
Bahkan, ia percaya, dampak kebijakan ekonomi Trump terhadap Indonesia sangat kecil, karena memang tidak ada ekspor Indonesia yang bersaing dengan AS. Sehingga tidak ada yang perlu ditakutkan.
Lain halnya dengan Tiongkok. Menurut dia, kondisi ini malah yang perlu diwaspadai yakni tentang dinamika Negeri Tirai Bambu terkait angka pengangguran dan over kapasitas industri. "Macam-macam efeknya, lebih besar bagi Indonesia," jelas dia.
Baca: PM Jepang Yakin Trump Paham Nilai Perdagangan Bebas
Sementara itu, Ekonom Senior Standard Chartered Indonesia Aldian Taloputra mengatakan, kerja sama antarnegara adalah hal yang mutlak dilakukan di era sekarang. Meskipun akan membatasi barang dari luar negeri, nyatanya ketergantungan AS terhadap negara lain masih tinggi.
"Padahal kita tahu antarnegara kan saling membutuhkan. Contohnya kayak tadi Meksiko, ternyata ada juga beberapa industri di AS yang men-serve kebutuhan atas permintaan dari Meksiko," kata Aldian.
Baca: Investor Tiongkok Batal Masuk ke Indonesia
Meski demikian, masih perlu waktu untuk mengukur apakah kebijakan Trump akan benar-benar terjadi seperti yang dijanjikannya. Selama semuanya belum dibentuk dalam kebijakan, maka ketidakpastian bagi AS dan dunia masih akan berlanjut.
"Jadi terus terang kita masih lihat ini seperti apa kebijakannya, realisasinya akan seperti apa. Itu terus terang kita lihat masih jauh, ketidakpastiannya masih tinggi," kata Aldian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News