Pada saat yang sama, IMF menurunkan prospek pertumbuhan India sebanyak 0,4 poin persentase menjadi tumbuh 7,2 persen. Hal itu karena konsumsi di ekonomi terbesar ketiga di Asia ini mendapat pukulan dari keputusan pemerintah baru-baru ini untuk menghapuskan catatan mata uang besar.
Mengutip Reuters, Selasa 17 Januari, ekonomi Tiongkok tumbuh 6,7 persen selama tiga kuartal pertama di 2016, sejalan dengan target pertumbuhan Tiongkok di kisaran 6,5-7 persen. Akan tetapi tingkat risiko meningkat dengan pertumbuhan bergantung pada belanja pemerintah, rekor pinjaman oleh bank-bank negara, dan pasar properti yang mulai overheating.
Baca: Tiongkok Siap Promosikan Globalisasi Inklusif di WEF
IMF memperingatkan risiko bagi perekonomian Tiongkok dari perlambatan ekonomi yang tajam atau penyesuaian yang mengganggu karena pemerintah telah lambat untuk mengatasi utang perusahaan yang tinggi, dengan arus keluar modal juga berpotensi memperburuk tekanan.
Utang perusahaan Tiongkok telah mengalami kenaikan menjadi 169 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan lembaga-lembaga internasional telah berulang kali mendesak Beijing untuk bertindak cepat guna mengatasi masalah tersebut dengan harapan bisa menghindari krisis keuangan.
Baca: Presiden Xi: Ekonomi Tiongkok akan Terus Tumbuh
Para pemimpin negara itu mengatakan Tiongkok akan fokus pada upaya mengatasi risiko keuangan di tahun ini, dan Kepala Badan Perencanaan Negara mengatakan Tiongkok akan menutup tingakt rasio utang perusahaan pada level saat ini.
IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan Tiongkok menjadi 6,7 persen dari sebelumnya 6,6 persen pada 2016, tapi masih berharap situasi dan kondisi dari pertumbuhan Tiongkok akan melambat menjadi 6,0 persen pada 2018. IMF mempertahankan proyeksi pertumbuhan global di 3,4 persen tahun ini dan 3,6 persen pada 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
